Bangsawan Manchu menikmati banyak hak istimewa. Pada masa Yongzheng, Dinasti Qing telah berkuasa selama sekitar delapan dekade. Seiring dengan berjalannya waktu, aristokrasi itu jadi semakin kompleks. Contohnya, perjuangan Yongzheng untuk memperebutkan takhta menunjukkan gawatnya krisis yang menjulang ini.
Kaisar baru pun melembagakan sistem birokrasi yang kuat. Sistemnya memastikan para bangsawan mengikuti standar yang sama.
Melalui cara ini, kekaisaran dapat diatur secara efektif. Dengan memperkuat birokrasi, supremasi hukum diperkuat oleh para pejabat, bukan bangsawan, yang memperoleh jabatannya melalui sistem ujian.
Aspek penting dari reformasi Yongzheng adalah Manchu dan Han Tionghoa menjadi setara di mata hukum.
Yongzheng membatasi aristokrat, birokratisasi sistem panji, dan membatasi hak istimewa yudisial orang Manchu.
Baca Juga: Wu Ding, Raja yang Bawa Kemakmuran bagi Dinasti Shang Tiongkok
Baca Juga: Jalan Berliku Istana Kekaisaran Tiongkok Dipamerkan untuk Publik
Baca Juga: Sederet Metode Penyiksaan Kekaisaran Tiongkok yang Buat Orang Bergidik
Baca Juga: Kaisar Tiongkok Renzong, Bawa Kemakmuran Meski Reformasi Dinasti Gagal
Ia memerintahkan administrator provinsi untuk menghukum pelanggar hukum terlepas dari latar belakang etnis mereka.
Membasmi korupsi dan membangun stabilitas sejati membutuhkan upaya reformasi yang tulus di seluruh masyarakat. Seperti yang terlihat di atas, Yongzheng melakukan hal itu.
Kaisar Yongzheng memerintah di antara dua kaisar terbesar Tiongkok. Sebelumnya adalah Kangxi, yang naik takhta pada tahun 1662.
Setelah Yongzheng adalah Kaisar Qianlong, yang memerintah selama 64 tahun hingga kematiannya pada tahun 1799. Selama 140 tahun, masa itu dianggap sebagai zaman keemasan Dinasti Qing di Kekaisaran Tiongkok.
Tidak hanya memberantas korupsi, Yongzheng pun berusaha untuk membawa kemakmuran yang merata bagi rakyat.
Source | : | Epoch Times |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR