Nationalgeographic.co.id—Korupsi bukanlah hal yang baru. Praktik ini sudah dilakukan sejak zaman Romawi kuno dan Kekaisaran Tiongkok.
Sebagian Kaisar Tiongkok berusaha melakukan beberapa kebijakan untuk memberantas korupsi di pemerintahannya. Salah satu adalah Kaisar Yongzheng. Apa saja yang dilakukannya?
Cara Kaisar Yongzheng dari Dinasti Qing untuk memberantas korupsi
Di masa Tiongkok modern, pelaku korupsi diganjar hukuman berat. Penangkapan massal dan penyiksaan dilakukan. Namun semua itu bukan solusi permanen untuk masalah korupsi.
Metode yang dicontohkan oleh Yongzheng pada Dinasti Qing (1644–1911) antara 1722 dan 1735 lebih komprehensif dan organik. Ia menggunakan pendekatan seluruh masyarakat terhadap masalah tersebut.
“Reformasi luas diterapkan untuk menyempurnakan kebijakan anti korupsi di setiap tingkatan,” tulis Leo Timm di laman Epoch Times.
Ketika Yongzheng mengambil alih kekuasaan, kaisar sebelumnya, Kangxi, mewariskannya sebuah kekaisaran yang kuat.
Namun Yongzheng bermasalah dengan faksionalisme dan hak istimewa yang berlebihan. Masalah itu terutama terjadi di antara orang-orang Manchu. Orang Manchu menaklukkan Tiongkok, mendirikan Dinasti Qing, dan mengisi kursi elite kekaisaran.
Kangxi adalah pemimpin yang sangat cakap yang menerapkan banyak kebijakan efektif selama 60 tahun masa pemerintahannya.
Namun, para bangsawan tidak menghargai upayanya untuk memusatkan kekuasaan. Para bangsawan itu harus tunduk pada kaisar supaya mereka tidak berbagi kekuatan dan melakukan pemberontakan.
Bagaimana Yongzheng melanjutkan pekerjaan Kaisar Kangxi? Dalam menjalankan pemerintahan, termasuk memberantas korupsi, ia menerapkan prinsip filosofis dalam kebijakannya.
Tekun dan memiliki prinsip
Sebagai seorang pangeran, Yongzheng adalah pekerja keras, banyak membaca, dan sangat peduli dengan keadaan moral kekaisaran.
Dia sangat tertarik dengan tradisi filosofis dan religius Tiongkok. “Keduanya akan memandu kebijakan kekaisarannya,” tambah Timm.
Untuk memantapkan dirinya sebagai orang yang memiliki prinsip dan keyakinan bukan hanya masalah preferensi pribadi, tetapi juga kebutuhan politik.
Yongzheng hanyalah salah satu dari 24 putra Kangxi. Ketika ia menduduki takhta, peristiwa itu menjadi perdebatan di antara bangsawan Mancu.
Di sisi lain, orang Tionghoa Han tidak mempercayai dinasti asing. Namun minat Yongzheng pada Buddhisme sangat sejalan dengan budaya spiritual Tiongkok.
Dengan menjunjung tinggi sistem tradisional, Yongzheng mampu menjembatani perbedaan antara suku Manchu dan Han.
Selama 13 tahun pemerintahannya, Yongzheng menulis banyak komentar panjang yang menekankan pentingnya ajaran dan moralitas Konfusianisme.
Tulisan-tulisan Yongzheng diringkas menjadi Instruksi yang Diperkuat tentang Dekrit Suci. Tulisan tersebut menjadi bahan pelajaran wajib bagi para bangsawan dan pejabat pemerintah dari semua etnis.
Membersihkan keuangan Kekaisaran Tiongkok
Yongzheng dapat membuktikan kata-katanya. Untuk membersihkan pejabat dan bangsawan, dia membersihkan harta mereka.
Hal itu dilakukan menegakkan peraturan perpajakan untuk mengakhiri defisit dan memastikan utang diselesaikan tepat waktu. Persediaan perak nasional melonjak hingga lebih dari 60 juta tael pada akhir masa pemerintahannya.
Tidak tanggung-tanggung, Yongzheng bahkan mengincar saudara laki-lakinya dengan menyita aset mereka.
Ia mengirim mereka ke pengasingan atau dijadikan tahanan rumah. Yongzheng dikenal karena membersihkan pejabat dan menghukum para koruptor.
“Tindakannya itu akhirnya berkontribusi pada peningkatan kehidupan rata-rata rakyat di Kekaisaran Tiongkok,” Timm menambahkan.
Memperbaiki lot petani
Kebijakan pajak yang ditingkatkan membantu Yongzheng membawa kemakmuran bagi masyarakat luas.
Di pedesaan, dia mengubah sistem pajak berusia ribuan tahun yang menghitung orang dan bukan tanah.
Dengan mendasarkan tarif pajak baru pada nilai tanah, ia meringankan kehidupan petani miskin. Para petani itu hanya memiliki sedikit atau tidak memiliki tanah sama sekali.
Pada saat yang sama, kaisar menginvestasikan dana untuk membangun kembali daerah pedesaan yang miskin. Wilayah pedesaan itu telah dirusak oleh pemberontakan selama dinasti terakhir.
Yongzheng memang dikenal karena membersihkan pejabat dan menghukum para koruptor, yang berkontribusi dalam meningkatkan kehidupan rata-rata orang Tionghoa.
Yongzheng juga menghapus kasta sosial berpangkat rendah yang mirip dengan kasta dalit di India.
Secara hukum dianggap sebagai warga negara kelas dua, orang-orang ini disebut sebagai orang-orang yang tidak layak. Oleh Kaisar Yongzheng, mereka diangkat ke status yang sama dengan rakyat kekaisaran lainnya.
Pada kenyataannya butuh waktu lebih lama untuk membatalkan diskriminasi. Namun undang-undang Yongzheng menawarkan peluang dalam pekerjaan.
Menerapkan birokrasi yang kuat dan adil
Bangsawan Manchu menikmati banyak hak istimewa. Pada masa Yongzheng, Dinasti Qing telah berkuasa selama sekitar delapan dekade. Seiring dengan berjalannya waktu, aristokrasi itu jadi semakin kompleks. Contohnya, perjuangan Yongzheng untuk memperebutkan takhta menunjukkan gawatnya krisis yang menjulang ini.
Kaisar baru pun melembagakan sistem birokrasi yang kuat. Sistemnya memastikan para bangsawan mengikuti standar yang sama.
Melalui cara ini, kekaisaran dapat diatur secara efektif. Dengan memperkuat birokrasi, supremasi hukum diperkuat oleh para pejabat, bukan bangsawan, yang memperoleh jabatannya melalui sistem ujian.
Aspek penting dari reformasi Yongzheng adalah Manchu dan Han Tionghoa menjadi setara di mata hukum.
Yongzheng membatasi aristokrat, birokratisasi sistem panji, dan membatasi hak istimewa yudisial orang Manchu.
Baca Juga: Wu Ding, Raja yang Bawa Kemakmuran bagi Dinasti Shang Tiongkok
Baca Juga: Jalan Berliku Istana Kekaisaran Tiongkok Dipamerkan untuk Publik
Baca Juga: Sederet Metode Penyiksaan Kekaisaran Tiongkok yang Buat Orang Bergidik
Baca Juga: Kaisar Tiongkok Renzong, Bawa Kemakmuran Meski Reformasi Dinasti Gagal
Ia memerintahkan administrator provinsi untuk menghukum pelanggar hukum terlepas dari latar belakang etnis mereka.
Membasmi korupsi dan membangun stabilitas sejati membutuhkan upaya reformasi yang tulus di seluruh masyarakat. Seperti yang terlihat di atas, Yongzheng melakukan hal itu.
Kaisar Yongzheng memerintah di antara dua kaisar terbesar Tiongkok. Sebelumnya adalah Kangxi, yang naik takhta pada tahun 1662.
Setelah Yongzheng adalah Kaisar Qianlong, yang memerintah selama 64 tahun hingga kematiannya pada tahun 1799. Selama 140 tahun, masa itu dianggap sebagai zaman keemasan Dinasti Qing di Kekaisaran Tiongkok.
Tidak hanya memberantas korupsi, Yongzheng pun berusaha untuk membawa kemakmuran yang merata bagi rakyat.
Source | : | Epoch Times |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR