Nationalgeographic.co.id–Perayaan Idulfitri di seluruh dunia menjadi perayaan kembalinya kehangatan bersama keluarga dan teman. Setiap belahan dunia memiliki cara dan tradisinya sendiri untuk mengekspresikan perayaan ini.
Idulfitri sebagai "hari raya berbuka puasa" merupakan saat bersuka ria bersama keluarga dan sahabat. Sebuah perayaan sula cita usai menjalankan ibadah puasa Ramadan selama sebulan penuh.
Perayaan ini menandai akhir bulan suci Ramadan. Diawali ketika jutaan umat Islam antusias menunggu penampakan hilal, yang menentukan akhir perjalanan puasa mereka.
Umat muslim di seluruh dunia menandai hari itu dengan mengambil bagian dalam sejumlah kegiatan.
Idulfitri dimulai dengan ibadah bersama, dan makan besar biasanya menjadi acara utama. Namun, terdapat banyak cara dan tradisi yang digunakan orang untuk merayakan hari raya ini.
Proses sholat subuh, zakat fitrah, dan ziarah merupakan amalan yang lumrah bagi umat Islam di manapun. Terlepas dari praktik-praktik ini, tradisi dan kebiasaan unik hadir di antara komunitas muslim di seluruh dunia.
Simak ragam tradisi Idulfitri di seluruh dunia, namun disatukan dengan perasaan gembira.
Indonesia
Idulfitri dikenal sebagai Lebaran di negeri ini. Perayaannya menjadi hari libur terpenting bagi orang Indonesia. Mirip dengan negara muslim lainnya, orang Indonesia juga merayakannya dengan doa, pertemuan, dan reuni keluarga.
Salah satu tradisi yang paling utama adalah mudik. Mereka yang meninggalkan kampung halamannya untuk bekerja di kota-kota besar, pada hari itu kembali ke kampung asal untuk menuntaskan Idulfitri bersama keluarga.
Ritual yang disebut Halal Bihalal juga dilakukan pada Idulfitri atau selama bulan Syawal. Tradisi ini disertai permintaan maaf dari semua orang termasuk teman, kolega, tetangga, dan kerabat.
Anak-anak biasanya diberi 'salam tempel' berupa amplop uang berwarna-warni oleh orang tua atau kerabat yang lebih tua ketika saling berkunjung.
Biasanya orang-orang juga berziarah ke makam orang yang mereka cintai selama perayaan Idulfitri.
Turki
Di Turki, Idulfitri dikenal sebagai Ramazan Bayrami (festival Ramadan) atau Seker Bayrami (festival manisan).
Orang-orang mengenakan pakaian baru yang disebut sebagai bayramlik. Mereka saling mendoakan dengan kata-kata Bayraminiz Mubarek Olsun yang diterjemahkan menjadi 'Semoga Bayram (Idulfitri) Anda diberkati'.
Hari raya Idulfitri menjadi hari libur nasional, kantor-kantor pemerintah dan sekolah biasanya tutup selama tiga hari perayaan.
Orang-orang menghormati warga lanjut usia dengan mencium tangan kanan mereka. Kemudian, mereka meletakkannya di dahi sambil menyampaikan salam Bayram.
Anak-anak bertandang dari pintu ke pintu di sekitar lingkungan mereka, mengucapkan selamat. Biasanya tuan rumah menghadiahi mereka dengan permen, manisan tradisional seperti baklava, cokelat, atau sejumlah kecil uang. Nyaris serupa dengan kebiasaan Halloween di Amerika Serikat.
Malaysia
Idulfitri di Malaysia adalah acara yang menggembirakan seperti di tempat lain, dan kebanyakan orang bepergian ke kampung halaman untuk berkumpul bersama keluarga.
Orang-orang mendekorasi rumah mereka dengan lampu minyak yang dikenal sebagai pelita. Warga Malaysia menyebutnya sebagai 'Hari Raya Aidilfitri', yang berarti perayaan Idulfitri. Ketika itu pakaian tradisional dikenakan oleh semua orang.
Perayaan Idulfitri seperti open house di Malaysia. Pintu rumah-rumah terbuka untuk menyambut tetamu.
Tuan rumah mengajak untuk menikmati makanan dan bersenang-senang, tanpa membedakan status ekonomi, agama, atau kasta. Keluarga biasanya bergiliran membuka rumah mereka untuk tamu.
Afrika
Negara-negara Afrika seperti Maroko, Mesir, Tunisia, Somalia, Afrika Selatan, Nigeria, dan beberapa lainnya, merayakan Idulfitri dengan cara yang sama.
Mereka menunaikan sholat subuh di masjid setempat sebelum berkumpul bersama keluarga besar, pada saat itulah kuliner tradisi setempat turut meramaikan cita rasa Idulfitri.
Di Maroko, pakaian tradisional dikenakan oleh pria dan wanita, dan panekuk Maroko adalah makanan pokok sarapan.
Sajian itu hadir bersama dengan teh mint mereka yang terkenal, sedangkan di Somalia, Halvo adalah makanan penutup hari itu.
Di Mombasa, muslim menandai sepuluh hari terakhir Ramzan (dikenal sebagai Kumi la mwisho) dengan festival jalanan sebagai ajang bersosialisasi.
Festival itu dibuka pada malam hari usai berbuka puasa. Pada acara ini orang-orang membeli hadiah untuk teman dan keluarga.
Selama Idulfitri, para pendongeng juga berkeliaran di jalanan. Mereka menghibur anak-anak dengan cerita rakyat.
Islandia
Menjelang perayaan Idulfitri, umat Islam di Islandia juga melakukan puasa senja hingga fajar selama Ramzan.
Di puncak musim panas, matahari tetap berada di langit lebih lama dari biasanya. Matahari terbenam di tengah malam dan kembali terbit dua jam kemudian.
Artinya, umat Islam yang tinggal di Islandia diharuskan berpuasa hingga 22 jam sehari.
Meski terdengar sangat menantang, para cendekiawan dan pakar Islam telah menawarkan alternatif bagi mereka yang tinggal di negeri matahari tengah malam.
Muslim Islandia dapat memilih untuk berbuka puasa berdasarkan waktu matahari terbit dan terbenam dari negara terdekat. Atau mereka bisa berpedoman dari waktu berpuasa menurut zona waktu Arab Saudi.
Idulfitri dirayakan di salah satu dari sedikit masjid di Reykjavik, ibu kota Islandia. Para tamu yang mengunjungi masjid dijamu dengan makanan prasmanan menu internasional yang menggiurkan.
Baca Juga: Silaturahmi Belanda Saat Lebaran, Berujung Petaka bagi Dipanagara
Baca Juga: Pertanyaan Pribadi di Kumpul Keluarga, Bagaimana Cara Menghadapinya?
Baca Juga: Mengapa Kita Mudah Memaafkan Saat Lebaran tapi Tidak di Waktu Lain?
Baca Juga: Tidak Seperti Biasanya, Warga ini Kumandangkan Takbiran Keliling Laut!
Bahkan, menu cita rasa Indonesia, Mesir, dan Eritrea turut merayakan acara yang suci dan menggembirakan ini.
Anak-anak berpakaian terbaik dan bertukar hadiah dengan sesama teman atau kerabat.
Dengan populasi sekitar 2 miliar muslim di seluruh dunia, tidak mengherankan jika orang dapat memiliki cara berbeda untuk merayakan hari raya suci ini.
Kebanyakan muslim merayakan Idulfitri dalam pengertian tradisional yang sama, tetapi tentu saja, tradisi dan praktik budaya untuk acara tersebut berbeda dari Timur ke Barat dan dari satu negara ke negara lain.
Source | : | Hindustan Times |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR