Nationalgeographic.co.id—Banjir bandang adalah peristiwa besar yang muncul dalam banyak teks agama, baik dalam Alkitab dan Al-Quran hingga Epos Gilgames, yang bertitimangsa setidaknya 2100 SM.
"Bencana ini digambarkan sebagai banjir global yang menutupi seluruh planet dan menghancurkan semua makhluk hidup," tulis Andrei Tapalaga kepada History of Yesterday dalam artikelnya Where Was Noah’s Ark Built? yang diterbitkan 12 April 2023.
Dalam catatan alkitab, banjir itu disebabkan oleh murka Tuhan dan berlangsung selama 40 hari 40 malam. Sedangkan, menurut tradisi Islam, Allah menurunkan air bah sebagai jawaban atas dosa manusia.
"Seperti kisah kuno lainnya, ada banyak teori mengapa peristiwa dahsyat ini terjadi. Beberapa percaya itu adalah pembalasan ilahi atas dosa umat manusia," tambah Andrei Tapalaga.
Sementara yang lain beranggapan bahwa banjir itu sebagai bentuk pembersihan atau kelahiran kembali yang disebabkan oleh bencana alam seperti tsunami atau gempa bumi.
Apa pun penyebabnya, satu hal yang pasti: Banjir Besar meninggalkan bekas yang tak terhapuskan dalam sejarah, namun tetap diselimuti misteri.
Untuk mengungkap kebenaran di balik peristiwa besar ini, kita harus mencermati penggambarannya dalam berbagai teks agama. Dalam sebagian besar versi cerita, Nabi Nuh diperintahi oleh Tuhan untuk membangun bahtera besar dari kayu.
Perintah Tuhan kepada Nuh didasari pada mitigasi banjir yang akan datang, yang akan memusnahkan hampir setiap makhluk hidup dan kehidupan di Bumi.
Dalam Alkitab, Nuh kemudian mengisi bahteranya dengan dua jenis dari setiap spesies hewan—tujuh pasang hewan halal dan sepasang hewan haram—sebelum memulai perjalanannya melalui ombak yang bergolak.
Hikayat tersebut juga menyebutkan detail lain yang memungkinkan kita untuk berspekulasi tentang kemungkinan lokasi-lokasi pembangunan Bahtera Nuh. Ada yang menyebut bahwa lokasi itu berada di pegunungan.
Wilayah pegunungan dipilih karena terletak cukup dekat untuk akses bahan baku bahteranya yang didapat dengan mudah, namun cukup tinggi di atas permukaan laut untuk bertahan dari banjir.
Bahtera Nuh adalah kisah cinta yang telah diwariskan selama berabad-abad dan terus menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang.
Nilai di sebaliknya dapat dilihat sebagai contoh kesetiaan, ketekunan, dan harapan. Sebagai pembuktian keimanannya dan keyakinannya kepada Allah—menunjukkan bahwa apa pun tantangan yang dihadapi, Tuhan akan selalu memberikan perlindungan.
Meskipun bahtera itu sendiri mungkin telah hancur dalam air bah, warisannya tetap hidup di dalam hati dan pikiran kita. Kisah itu mengingatkan kita bahwa Tuhan selalu ada untuk membimbing kita melewati masa-masa tergelap sekalipun.
Tentang teka-teki dari keajaiban pembuatan bahtera besar Nuh, masih menjadi polemik bagi sejumlah peneliti yang mencermati kitab-kitab samawi: Alkitab dan Al-Quran. Namun, banyak hipotesis yang memunculkan beberapa lokasi tempat dibuatnya bahtera Nuh.
Banyak ilmuwan menyebut pembuatannya dilakukan di Gunung Ararat di Turki modern. "Lokasi ini diyakini sebagai tempat pembuatan dan dihanyutkannya Bahtera Nuh karena letaknya yang dekat dengan Mesopotamia, di mana banjir besar disebutkan dalam banyak teks agama," ungkap Andrei.
Ini juga merupakan rumah bagi dua puncak yang tingginya lebih dari 16.000 kaki atau berkisar 4.877 mdpl, menjadikannya tempat yang ideal untuk kapal besar seperti Bahtera Nuh.
Situs potensial lain untuk Bahtera Nuh adalah wilayah Laut Hitam. Beberapa peneliti berpendapat bahwa daerah ini pernah menjadi bagian dari hamparan laut yang jauh lebih besar yang membentang dari Mediterania sampai ke Iran dan Irak.
"Daerah ini memiliki banyak perairan yang dapat menyediakan banyak sumber daya untuk pembangunan bahtera, serta cukup ruang untuk semua hewan yang dikatakan berada di dalamnya," terusnya.
Adapun dataran Syinar dekat sungai Tigris dan Eufrat, menjadi lokasi lain yang mungkin disarankan oleh para peneliti dan ilmuwan. Mereka meyakini bahwa dataran ini mungkin merupakan bagian dari bentangan yang jauh lebih besar, sebelum surut karena peristiwa banjir besar yang mirip dengan yang dijelaskan dalam teks kuno.
Baca Juga: Apakah Bahtera Nabi Nuh yang Disebut Kitab Suci Bakal Ditemukan?
Baca Juga: Pencarian Bahtera Nabi Nuh, Benarkah Berada di Turki?
Baca Juga: Prasasti Kuno Ini Mengungkap Hubungan Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis
Baca Juga: Merekonstruksi Wajah Firaun Mesir Kuno yang Memburu Nabi Musa
Wilayah ini juga memiliki akses ke banyak sumber daya seperti kayu dan ter, yang cukup dekat dengan Mesopotamia. Atas ketiga hal itu, kawasan ini dapat juga digunakan sebagai titik peluncuran bahtera menuju Gunung Ararat atau tujuan lainnya.
Selain itu, Teluk Aqaba di Yordania juga telah diusulkan sebagai tempat potensial lain untuk membangun Bahtera Nuh karena lokasinya yang dekat dengan Mesir dan Mesopotamia serta persediaan kayunya yang melimpah.
Lebih jauh lagi, beberapa akademisi menyebut bahwa Amerika mungkin menjadi situs potensial karena ketersediaan kayu gopher—jenis yang tidak ditemukan di tempat lain di Bumi pada saat itu. Kemungkinan kayu ini menjadi pilihan ideal jika kapal Nuh berlayar melintasi Samudra Atlantik daripada melalui lautan sempit.
Sejatinya, daerah yang dipilih sebagai tempat dibuatnya Bahtera Nuh adalah salah satu yang memiliki banyak faktor pendukungnya: baik dari segi sumber daya, iklim yang sejuk, dan kedekatan dengan badan air.
Semuanya memiliki peluang kontribusi yang signifikan terhadap pengambilan hipotesis tersebut. Semua lokasi memiliki aspek kuat untuk menjadikan lokasi ini tempat yang sempurna untuk kapal paling ikonik dalam sejarah.
Source | : | History of Yesterday |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR