"Pada tahun 1899, ia diangkat sebagai pegawai pemerintah dengan posisi juru tulis kantor Controleur di Serang. Kemudian dipindah ke juru tulis distrik Serang," imbuh Iim Imadudin. Meski dibilang sebagai pekerja rendahan, Achmad menekuninya dengan baik.
Banyak dari rekan seperjuangannya yang menghabiskan waktu cukup lama untuk naik ke posisi yang diharapkan. Seperti yang dirasakan Sewaka, yang telah mengabdi selama 12 tahun lamanya sebelum akhirnya naik ke posisi Wedana.
Achmad bisa dibilang juga beruntung. Ia diangka menjadi asisten wedana di Bodjonegoro sejak 27 Juli 1900. Achmad beruntung, karena hanya setahun saja menjalani proses kerja magang.
Berkat kepiawaiannya, posisi Achmad dalam karir pemerintahannya terus meningkat. Pada tanggal 4 Juli 1901, ia resmi diangkat menjadi Bupati Serang menggantikan ayahnya. Namun, pergulatan politik sejatinya baru dimulai.
Selanjutnya, Achmad menjadi Bupati Batavia (1924-1929). Kepindahannya dari Serang ke Batavia diduga merupakan bagian dari taktik pemerintah kolonial untuk menjauhkan Achmad dari rakyatnya.
"Tentu saja, keberadaan Achmad di Batavia memudahkan pengawasan pemerintah terhadap dirinya," terusnya.
Pada tahun 1902, Achmad terlibat dalam Mindere Welvaart Commissie, bersama Pangeran Ario Hadiningrat (Bupati Demak), dan Raden Mas Tumenggung Koesoemo Oetojo (Bupati Ngawi). Komisi tersebut bertugas menyelidiki tingkat kesejahteraan penduduk pribumi dalam berbagai aspeknya.
Achmad memanfaatkan keterlibatannya dalam komisi ini untuk untuk mengenal lebih jauh tentang keadaan-keadaan yang mendalam tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan penduduk pribumi di daerahnya.
Selain itu, keterlibatan Achmad dalam NIVB (Nederlandsche Indische Vrijzennige Bond) atau perhimpunan para bupati, telah membawanya menjadi anggota Volksraad—Dewan Rakyat Hindia Belanda.
Meski dikawal ketat oleh pemerintah kolonial, upayanya untuk bangsa cukup luar biasa. Achmad mendorong agar organisasi ini turut terlibat dalam politik. Namun, sebagian besar anggota (para bupati) menolak untuk bergulat politik melawan Belanda.
Baca Juga: Perjalanan Terjal Pribumi Menjadi Pejabat Daerah Hindia Belanda
Source | : | jurnal Patanjala |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR