Nationalgeographic.co.id—Di masa lalu, sebuah sirkus memiliki pertunjukan dari pemain akrobat, pelempar pisau, serta atraksi gajah dan singa.
Namun pernahkan Anda bertanya-tanya bagaimana sebenarnya sejarah sirkus? Apakah ini sama dengan arena balap kereta kuda di Circus Maximus di masa Romawi kuno? Konon sejarah sirkus bermula dari kekerasan dan melewati perjalanan panjang hingga zaman modern.
Circus Maximus di Romawi kuno
Di Romawi kuno, kata sirkus memiliki arti yang sangat berbeda dari yang ada sekarang. Circus Maximus adalah ruang publik tertua dan terbesar di zaman Romawi yang dapat menampung 250.000 orang untuk duduk di tribunnya.
Tempat ini terkena sebagai arena balap kereta kuda serta prosesi militer untuk pertandingan Romawi tahunan.
Dengan demikian, tidak sulit untuk melihat dari mana inspirasi sirkus modern berasal. Circus Maximus adalah tempat di mana hewan dan manusia diadu satu sama lain untuk dijadikan tontonan nan menghibur. Namun, ini adalah satu-satunya kesamaan antara sirkus Romawi kuno dan sirkus modern.
Phillip Astleuy, bapak sirkus modern
Philip Astley adalah bapak sirkus modern. Pada usia 26 tahun, Astley mendirikan Astley's Riding School di London bersama istrinya, Patty. Di sana mereka mengajar siswa dan menawarkan pertunjukan pertunjukan kuda. Pertunjukan itu juga melakukan perjalanan ke Paris, di mana keluarga Astley menggabungkan aksi lain seperti akrobat, badut, dan musik.
Apa yang membuat pertunjukan kuda ini bertahan? Itu adalah kemampuan mereka untuk menghibur semua orang.
“Tidak hanya orang dewasa dan anak-anak tetapi juga orang-orang dari semua kelas sosial,” tulis Marianne Plasse di laman The Collector.
Pertunjukan kuda ini adalah pendahulu sirkus modern dan hiburan bagi massa pada saat perpecahan sosial yang besar.
Charles Dibdin yang menciptakan istilah sirkus
Meskipun Philip Astley adalah bapak sirkus modern, dia bukanlah orang yang menciptakan istilah tersebut. Kehormatan itu diberikan kepada orang sezamannya, Charles Dibdin.
Charles Dibdin terjun ke dunia musik di usia muda. Ia bernyanyi dalam paduan suara di Katedral Winchester selama 3 tahun hingga 1759 dan akhirnya menjadi komposer musik. Saat itu, Dibdin menjadi komposer, musisi, dramawan, novelis, dan aktor.
Dari 1782 dan selama 2 tahun berikutnya, Charles Dibdin menjadi manajer Royal Circus. Ini adalah penggunaan modern pertama dari kata sirkus.
Terletak tidak jauh dari Sekolah Berkuda Philip Astley, pertunjukan Charles Dibdin juga menggunakan kuda. Yang satu meniru yang lain, tetapi hanya satu orang yang dapat disebut sebagai orang yang menciptakan kata sirkus.
Perubahan budaya memungkinkan sirkus berkembang di abad ke-19
Selama abad ke-18, semua pertunjukan yang pada akhirnya dikaitkan dengan sirkus. Mulai dari pertunjukan keliling hingga pertunjukan kuda hingga aksi akrobat. Perjalanan dilakukan ke seluruh negeri dan pertunjukan kuda serta aksi akrobat menyenangkan penonton di arena. Ketika pertunjukan ini disatukan di bawah satu atap, maka lahirlah sirkus modern.
Abad ke-19 adalah masa pergolakan sosial, tidak hanya dalam pertunjukan tetapi juga dalam teknologi. Memang, Revolusi Industri adalah bahan terakhir yang dibutuhkan untuk menciptakan sirkus keliling dalam bentuknya yang paling populer. Penemuan mesin uap, yang menggerakkan kereta api modern, mengubah segalanya. Kemajuan teknologi memudahkan komunikasi dan transportasi.
Revolusi Industri memungkinkan sirkus berpindah dari satu kota ke kota lain. Karyawan mengemasi tenda besar dan semua perlengkapan ke dalam kotak. Dari sana, rombongan akan beriringan menuju kota berikutnya.
Orang-orang, dari pemilik hingga artis, mungkin telah menciptakan tontonan tersebut. Tetapi tanpa kemajuan teknologi abad ke-19, mungkin sirkus tidak akan berkembang seperti yang kita kenal.
Pertunjukan aneh dan etikanya
Pertunjukan aneh adalah bagian utama dari kehidupan sirkus selama abad ke-19. Pertunjukan aneh ini diprakarsai oleh P.T. Barnum. Awalnya ia membuat sebuah museum yang berisi benda-benda aneh. Namun kemudian Barnum membawa semua itu dan berkeliling melintasi negara.
Pertunjukan aneh adalah cara untuk menghibur dengan menghina perbedaan fisik. Ini juga mengeksploitasi serta melecehkan pemain dalam lingkungan yang ceria dan gembira. “Orang aneh” yang terkenal antara lain kembar siam, penyandang disabilitas, dan wanita berjanggut.
Pertunjukan aneh di P.T. Barnum berjalan beriringan dengan trik binatang, akrobat, dan pertunjukan kuda. Mereka adalah bagian dari tradisi lama barat dalam mengeksploitasi pameran. Sirkus ini bak kebun binatang manusia di masa itu.
Tetap saja, beberapa dari artis aneh ini mendapatkan ketenaran dan kekayaan melalui pameran ini. Contohnya adalah Charles Stratton, juga dikenal sebagai Jenderal Tom Thumb. Ia merupakan pemain dengan dwarfisme di sirkus P.T. Barnum.
Pertunjukan aneh tetap populer di Amerika hingga tahun 1940-an. Ketika sifat eksploitatifnya terungkap, pertunjukan ini pun dilarang.
Penurunan popularitas sirkus di abad ke-20
Menjelang akhir abad ke-19, sirkus tetap populer hingga abad baru. Bentuk-bentuk hiburan baru muncul selama tahun 1920-an, terutama bioskop.
Depresi Hebat pada tahun 1920-an membuat banyak orang beralih ke sirkus untuk menemukan kegembiraan di tengah kehidupan yang sulit.
Selama Perang Dunia Kedua, sirkus tetap menjadi pertunjukan yang menghibur do kehidupan orang-orang. Bahkan pemilik sirkus menyarankan penontonnya untuk bergabung dalam perang.
Tetapi ketika tahun 1950-an bergulir, sirkus mulai mengalami penurunan. Televisi menjadi norma di rumah tangga Amerika dan segera menggeser sirkus sebagai bentuk hiburan paling populer. Dalam waktu singkat hanya 13 sirkus yang tersisa. Jumlah penonton dan pemain pun menyusut. Tenda besar akhirnya diganti dengan ruangan sebagai tempat pertunjukan pada 1956.
Kematian sirkus tradisional
Saat Perang Dingin membelah dunia, gerakan hak sipil mendapatkan daya tarik di Amerika. Penampilan rasis semakin dikritik. Sirkus dipandang sebagai hiburan yang mengeksploitasi penderitaan orang lain. Pada saat aktivisme hak-hak binatang lahir pada tahun 1970-an, sirkus modern telah kehilangan sebagian besar daya tariknya. Pada awal 1980-an, pertunjukan orang aneh dan pertunjukan sampingan juga dibubarkan.
Baca Juga: Pria dengan Hidung Terbesar di Dunia, Memulai Sirkus Manusia Aneh
Baca Juga: Kisah Nahas Sabo dan Bitio, Korban Rasisme 'Sirkus Manusia' di Belgia
Baca Juga: Prancis Bakal Melarang Penggunaan Hewan untuk Sirkus dan Pertunjukan
Baca Juga: Jaga Kesejahteraan Hewan, Sirkus Ini Hanya Gunakan Hologram dalam Atraksi
Tetapi ketika mengalami penurunan yang mantap selama paruh kedua abad ke-20, sirkus pada akhirnya akan melakukan yang terbaik: beradaptasi.
Di Baie-Saint-Paul, Québec selama tahun 1980-an, sekelompok pemain menghibur penonton mereka dengan menari, menghirup api, dan memainkan musik. Di antara para pemain itu ada seorang pria bernama Guy Laliberté. Saat masih kecil, Laliberté dibawa untuk melihat Sirkus Ringling Bros. dan Barnum & Bailey.
Ia semakin tertarik dengan sejarah sirkus saat membaca biografi di P.T. Barnum. Pada tahun 1982, Laliberté berpartisipasi dengan pemain lain di pekan raya liburan yang dikenal sebagai Baie-Saint-Paul Fête Foraine. Ini akan menjadi awal dari mimpinya: menciptakan Cirque du Soleil, sebuah sirkus di tanah Québec.
Hari ini, Cirque du Soleil telah menjadi salah satu perusahaan Québec paling terkenal di dunia. Perusahaan ini telah menghibur lebih dari 15 juta tontonan hingga kini.
Di bawah tenda besar yang menampung ratusan orang, para pemain mengenakan kostum yang rumit. Mereka menghibur penonton dengan pertunjukan mewahnya. Cirque du Soleil melakukan perjalanan ke seluruh dunia dan memiliki tempat tinggal permanen di Las Vegas.
Cirque du Soleil tidak dapat disebut sebagai sirkus dalam pengertian tradisional. Pasalnya sirkus ini telah menghilangkan ciri khas sirkus abad ke-19, dari pertunjukan hewan hingga pertunjukan aneh dan sampingan. Tapi tujuan utama sirkus modern tetap dipertahankan: untuk menghibur penonton dari semua kelas sosial dan segala usia, tua dan muda.
Sirkus memiliki perjalanan panjang dari Circus Maximus di zaman Romawi kuno hingga Cirque du Soleil saat ini. Sirkus modern kini menyingkirkan masalah etika yang menyeretnya sejak abad ke-19. Setelah beradaptasi, sirkus masih menjadi tempat hiburan, kekaguman, dan kegembiraan.
Banyak tokoh yang telah membuka jalan bagi sirkus, dari Philip Astley, Charles Dibdin, P.T. Barnum, dan Guy Laliberté. Gajah, kuda, dan singa mungkin tidak lagi menghibur di sirkus. “Namun yang tersisa adalah para pemain yang menemukan kegembiraan dalam pekerjaan hidupnya dan menularkannya ke penonton,” tambah Plasse.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR