Baca Juga: Kisah Nahas Sabo dan Bitio, Korban Rasisme 'Sirkus Manusia' di Belgia
Baca Juga: Prancis Bakal Melarang Penggunaan Hewan untuk Sirkus dan Pertunjukan
Baca Juga: Jaga Kesejahteraan Hewan, Sirkus Ini Hanya Gunakan Hologram dalam Atraksi
Tetapi ketika mengalami penurunan yang mantap selama paruh kedua abad ke-20, sirkus pada akhirnya akan melakukan yang terbaik: beradaptasi.
Di Baie-Saint-Paul, Québec selama tahun 1980-an, sekelompok pemain menghibur penonton mereka dengan menari, menghirup api, dan memainkan musik. Di antara para pemain itu ada seorang pria bernama Guy Laliberté. Saat masih kecil, Laliberté dibawa untuk melihat Sirkus Ringling Bros. dan Barnum & Bailey.
Ia semakin tertarik dengan sejarah sirkus saat membaca biografi di P.T. Barnum. Pada tahun 1982, Laliberté berpartisipasi dengan pemain lain di pekan raya liburan yang dikenal sebagai Baie-Saint-Paul Fête Foraine. Ini akan menjadi awal dari mimpinya: menciptakan Cirque du Soleil, sebuah sirkus di tanah Québec.
Hari ini, Cirque du Soleil telah menjadi salah satu perusahaan Québec paling terkenal di dunia. Perusahaan ini telah menghibur lebih dari 15 juta tontonan hingga kini.
Di bawah tenda besar yang menampung ratusan orang, para pemain mengenakan kostum yang rumit. Mereka menghibur penonton dengan pertunjukan mewahnya. Cirque du Soleil melakukan perjalanan ke seluruh dunia dan memiliki tempat tinggal permanen di Las Vegas.
Cirque du Soleil tidak dapat disebut sebagai sirkus dalam pengertian tradisional. Pasalnya sirkus ini telah menghilangkan ciri khas sirkus abad ke-19, dari pertunjukan hewan hingga pertunjukan aneh dan sampingan. Tapi tujuan utama sirkus modern tetap dipertahankan: untuk menghibur penonton dari semua kelas sosial dan segala usia, tua dan muda.
Sirkus memiliki perjalanan panjang dari Circus Maximus di zaman Romawi kuno hingga Cirque du Soleil saat ini. Sirkus modern kini menyingkirkan masalah etika yang menyeretnya sejak abad ke-19. Setelah beradaptasi, sirkus masih menjadi tempat hiburan, kekaguman, dan kegembiraan.
Banyak tokoh yang telah membuka jalan bagi sirkus, dari Philip Astley, Charles Dibdin, P.T. Barnum, dan Guy Laliberté. Gajah, kuda, dan singa mungkin tidak lagi menghibur di sirkus. “Namun yang tersisa adalah para pemain yang menemukan kegembiraan dalam pekerjaan hidupnya dan menularkannya ke penonton,” tambah Plasse.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR