Memasuki tahun 1980-an, sukses berpasangan dengan Martati Tohiran membawakan Bancak Doyok. Membuat karir lawaknya semakin melejit. Ia kerap berpasang-pasangan dengan para lakon lawak sohor.
"Beberapa kali mentas (berpentas) di panggung Wayang Sriwedari, tapi seringnya jadi lakon di Ketoprak Mataram," sambung Heri Dwi Hartanto, seorang penikmat aksi panggungnya ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Darah seniman seperti mengalir deras dalam dirinya. Dalam usianya yang ke-60, Ranto menunjukkan potensi lain dalam dirinya. Pada tahun 1995, ia menciptakan lagu pop Jawa yang diberinya judul "Anoman Obong".
Kekuatan lagu karya Ranto ini terletak pada karakter musiknya yang energik. Komposisinya merupakan perpaduan dari berbagai unsur musik yang sangat akrab di telinga masyarakat umum.
"Lagu ini telah mampu bersaing dengan lagu hits lainnya dan ini terbukti dapat merasuk ke pub atau kafe-kafe mewah di Jakarta," terusnya. Dari hasil rekamannya, Ranto beroleh keuntungan sebesar Rp.10 juta rupiah.
Ia dinilai berhasil sebagai salah seorang seniman karena mampu berpentas lawak maupun menyanyikan gending-gending Jawa. Inilah yang kemudian mewarisi bakatnya kepada anak-anaknya, Mamiek sebagai pelawak dan Didi Kempot sebagai penyanyi.
Memasuki usia 66 tahun, takdir hidupnya berkata lain. Tepat pada 8 Desember 2002, sang seniman yang kini namanya kembali dikenal karena lagu Cintamu Sepahit Topi Miring, tutup usia di Rumah Sakit Dr. Oen, Solo.
Source | : | Ensiklopedi Tokoh Kebudayaan IV (1999) |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR