Nationalgeographic.co.id—Opium menjadi masalah utama ketika Kaisar Daoguang menduduki takhta Kekaisaran Tiongkok. Padahal, sejak 1729 hingga 1800, perdagangan opium di Kekaisaran Tiongkok dinyatakan ilegal. Namun, baik pengguna maupun pedagang mengabaikan aturan tersebut. Apa yang dilakukan Kaisar Daoguang untuk mengatasi masalah perdagangan ilegal opium dan kecanduan yang meresahkan ini?
Pasar Tiongkok merupakan target yang potensial. Setengah dari pria dan seperempat wanitanya adalah pengguna opium.
Perdagangan opium di Kekaisaran Tiongkok yang menghasilkan keuntungan fantastis
Ditolak dalam upaya menegosiasikan perjanjian perdagangan dengan Tiongkok, Inggris dengan berani menyelundupkan opium dalam jumlah besar ke Kerajaan Tengah. Pada tahun 1820, opium telah melampaui semua barang perdagangan lainnya sebagai impor utama Kekaisaran Tiongkok.
Saat opium masuk, perak mengalir keluar. Pada pertengahan tahun 1820-an, keseluruhan neraca perdagangan Tiongkok, yang sangat menguntungkan sepanjang abad ke-18, mulai berubah menjadi sangat negatif. Antara tahun 1831 dan 1833, hampir 10 juta tael perak mengalir keluar dari Tiongkok (bernilai hampir $14 juta dengan nilai tukar yang berlaku).
“Pada tahun 1838, perkiraan resmi kekaisaran menempatkan jumlah pecandu opium di Tiongkok antara 2 dan 10 juta,” tulis Richard Baum di laman Wondrium Daily. Angka yang dilaporkan termasuk seperempat dari pegawai negeri di kekaisaran.
Pasokan opium satu hari pada tahun 1830-an menelan biaya kira-kira setengah dari upah harian seorang buruh. Pada pertengahan 1830-an, pedagang Inggris menjaring sekitar $18 juta per tahun dari perdagangan opium. Perlu dicatat bahwa ini adalah harga tahun 1830-an.
Tidak heran parlemen Inggris menunjukkan sedikit antusiasme untuk membatasi lalu lintas opium.
Komisaris Baru di Kanton
Tapi untuk Dinasti Qing, meningkatkan perdagangan opium adalah adalah hal yang sangat buruk. Khawatir dengan meningkatnya prevalensi kecanduan opium dan defisit perak, kekaisaran melipatgandakan upayanya untuk membasmi perdagangan opium.
Pada 1836, kaisar memerintahkan gubernur jenderal provinsi di Kanton di Tiongkok selatan untuk menindak keras penjualan dan penggunaan opium. Selama 2 tahun berikutnya, gubernur memenjarakan lebih dari 2.000 pedagang, penyelundup, dan pengguna opium Tiongkok. Selain itu, ada laporan harian tentang pecandu yang dieksekusi di depan umum.
Pada tahun 1839, Kaisar Daoguang menunjuk seorang komisaris baru untuk mengawasi penindasan perdagangan opiu Kanton. Komisaris Lin Zexu menjalankan kebijakan untuk berurusan secara agresif dengan semua peserta domestik dalam siklus opium. Sementara pada saat yang sama, ia memperlakukan pemasok obat beracun asing dengan kelonggaran dan kehati-hatian tertentu.
Sadar akan kekuatan dan prestise global Inggris yang tumbuh, Lin Zexu berharap untuk menghindari konflik terbuka.
Lin Zexu Menulis kepada Ratu Victoria
Menulis kepada Ratu Victoria pada tahun 1839, Lin berupaya untuk mempermalukan penguasa Inggris. Tentu saja, tujuannya agar Inggris menghentikan penanaman, produksi, dan penjualan opium.
“Saya telah mendengar bahwa merokok opium dilarang keras oleh kerajaan Anda. Mengapa Anda membiarkan hal itu merugikan kekaisaran lain? Misalkan ada orang luar membawa opium ke Inggris. Lalu ia merayu orang-orang Anda untuk membeli dan menghisapnya; tentu penguasamu yang terhormat akan sangat membencinya dan marah. Secara alami, Anda tidak ingin memberikan kepada orang lain apa yang Anda sendiri tidak inginkan.”
Tidak ada catatan kedaulatan Inggris menanggapi surat Komisaris Lin.
Strategi Lin Zexu Melawan Inggris
Lin Zexu berupaya membersihkan Kanton dari opium. Pada tahun 1839, ia memerintahkan semua orang asing di kota itu untuk menyerahkan simpanan opium mereka dalam waktu 3 hari. Selain itu, orang asing harus menandatangani surat perjanjian bahwa mereka tidak akan pernah lagi memperdagangkan opium.
Melanggar berarti hukuman mati sudah menanti. Namun Lin juga “mempermanis” ultimatumnya. Ia menawarkan hadiah berupa 2,5 teh untuk setiap peti opium yang diserahkan oleh pedagang asing.
Ketika orang asing mengabaikan tenggat waktu yang diberikan, Lin mengancam akan mengeksekusi dua pedagang opium. Sebagai tanggapan, Inggris dengan enggan menyerahkan lebih dari 1.000 peti (sekitar 75 ton) opium. “Itu hanya sekitar dua persen atau lebih dari semua opium yang saat ini disimpan di gudang Kanton,” ujar Baum.
Penghancuran Opium Inggris
Tidak puas dengan tanggapan Inggris, Lin Zexu meningkatkan tekanan. Dia memblokade sebuah perusahaan perdagangan utama Inggris. Termasuk mengurung 350 penghuni asingnya di kompleks pabrik.
Setelah 6 minggu, pengepungan berakhir. Itu karena pedagang Inggris setuju untuk menyerahkan 20.000 peti opium tambahan, dengan berat sekitar 1.300 ton. Saat itu, nilainya lebih dari dua setengah juta pound.
Seremonial penghancuran opium Inggris oleh Komisaris Lin dilakukan di hadapan beberapa pejabat tinggi istana Tiongkok dan pejabat asing.
Opium pertama kali dibuang ke dalam tiga parit terbuka besar. Masing-masing dilapisi dengan garam dan kapur dalam jumlah besar, yang kemudian ditutup dengan air setinggi 60 cm. Campuran tersebut kemudian diaduk secara menyeluruh dan bubur yang dihasilkan dibuang ke sungai terdekat. Sungai akan membawa bubur opium itu ke laut.
Baca Juga: Benarkah Teh Jadi Penyebab Perang Candu antara Tiongkok dan Inggris?
Baca Juga: Mengulik Bagaimana Masyarakat di Dunia Kuno Memanfaatkan Ganja
Baca Juga: Opium Hingga Empedu Babi Hutan Digunakan Sebagai Anestesi Zaman Dulu
Baca Juga: Seberapa Kaya Kekaisaran Tiongkok hingga Membuat Eropa 'Kesal'?
Proses diulangi beberapa kali. Dibutuhkan 500 pekerja selama 22 hari untuk menyelesaikan penghancuran opium Inggris.
Reaksi Inggris terhadap Kebijakan Lin Zexu
Komisaris Lin Zexu merayakan kemenangannya atas para raja opium. Di saat yang sama, para pedagang Inggris merencanakan tindakan balas dendam.
Mereka mengirimkan petisi untuk mendesak pemerintah Inggris menuntut kompensasi penuh atas opium yang disita. Di London dan Manchester, demonstrasi bermunculan. Mereka menuntut tindakan tegas pemerintah untuk menegakkan hak perdagangan para pedagang Inggris di luar negeri. Itu dilakukan untuk membalas dengan tegas penghinaan mendalam orang Tionghoa terhadap harga diri Inggris.
Ironisnya, orang Inggris memperjuangkan hak untuk berdagang barang ilegal secara bebas di luar negeri. Padahal, penanaman, penjualan, dan penggunaan opium di Inggris dapat diganjar hukuman mati.
Pemberantasan perdagangan dan penggunaan opium yang dilakukan oleh Kaisar Daoguang dan Komisaris Lin Zexu tidak berhasil. Tidak lama, Perang Candu pun pecah dan berefek pada beberapa perjanjian yang tidak menguntungkan bagi Kekaisaran Tiongkok.
Source | : | Wondrium Daily |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR