Baca Juga: Solanum scalarium, Spesies Baru Tomat Semak Ditemukan di Australia
Baca Juga: Wabah 'Flu Tomat' Misterius Menyebar pada Anak-Anak di India
Baca Juga: Ketika Tomat Diasosiasikan dengan Penyihir dan Manusia Serigala
Baca Juga: Dari Cokelat Hingga Tomat, Ini Makanan yang Ampuh Menghambat Sel Kanker
Menurut catatan Fuller yang bersejarah, begitu kulit bersentuhan dengan liurnya, langsung membengkak. Beberapa jam kemudian, korban akan kejang dan mati. “Cacing tomat adalah musuh baru bagi keberadaan manusia," katanya. Untungnya, ahli entomologi bernama Benjamin Walsh berpendapat bahwa cacing tomat tidak berbahaya.
Tomas melanjutkan, “Sekarang setelah kami terbiasa dengannya, semua ketakutan ini telah lenyap. Kami menjadi sangat acuh tak acuh terhadap makhluk ini. Itu hanyalah cacing yang tampak jelek yang memakan beberapa daun tomat.”
Ketakutan, tampaknya, telah mereda. Dengan munculnya masyarakat pertanian, petani mulai menyelidiki penggunaan tomat. Mereka juga bereksperimen dengan varietas yang berbeda. Menurut Smith, pada tahun 1850-an tomat mulai naik pamornya.
Pada tahun 1897, inovator Joseph Campbell menemukan bahwa tomat tetap baik saat dikalengkan. Ia pun memopulerkan sup tomat kental.
Saat ini, tomat dikonsumsi di seluruh dunia dalam varietas yang tak terhitung jumlahnya. Lebih dari satu setengah miliar ton tomat diproduksi secara komersial setiap tahun. Pada tahun 2009, Amerika Serikat saja menghasilkan 3,32 miliar kg tomat segar.
Kini, tomat pun tidak dianggap beracun dan bisa dinikmati oleh semua orang kapan saja. Kini, kita menyantap tomat sembari menekuri sejarahnya.
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR