Nationalgeographic.co.id—Berada di perbatasan budaya Tiongkok, nyatanya Korea mampu mempertahankan kekhasan tradisi musik istana Kekaisaran Korea. Walau tidak dapat dipungkiri memang, tradisi musik keduanya memiliki kemiripan. Pertukaran tradisi musik antara Kekaisaran Tiongkok dan Kekaisaran Korea membawa kekhasan kultur masing-masing.
Dominasi dinasti Silla (668–935) kekaisaran Korea seiring dengan masa kejayaan dinasti Tang (619–907) kekaisaran Tiongkok. Sampai dengan dinasti Goryeo (935-1392) hingga dinasti Joseon (1392–1910) tradisi musik istana Korea dinilai masih cenderung mencerminkan tradisi Tiongkok.
Walaupun tampaknya, musik tradisional ini sudah hilang dimakan waktu di Tiongkok, Korea masih bertahan melestarikannya. Seperti aak yang diartikan musik yang suci, merupakan musik impor dari kekaisaran Tiongkok.
Jenis musik aak masih dimainkan pada upacara keagamaan Konfusius di Korea, sementara di Tiongkok bisa dikatakan sudah tidak lagi. Jenis musik lain seperti Dang-ak merupakan jenis musik dari dinasti Tang dan Song yang diadaptasi ke dalam tempo dan nada Korea.
Seruling bulat (hun), disebutkan sebagai salah satu artefak paling awal dari musik Tiongkok, telah dimainkan di kuil-kuil konfusianisme Korea sejak abad ke-12, seperti halnya seruling chi, yang memiliki corong bambu yang ditancapkan ke lubang mulut.
Seruling unik ini, yang diketahui ada di Korea setidaknya pada abad ke-11, telah hilang dari peradaban Asia Timur. Sebaliknya, alat musik tiup berbentuk silinder bernama piri memiliki banyak kerabat di Asia. Bunyinya mirip saksofon dihasilkan dari badan tabungnya yang sempit dan buluh besar yang tidak terdengar di tempat lain.
Tidak semua instrumen Korea diimpor langsung dari Cina. Seorang musisi Korea abad ke-7, Wang San-Ak, dikreditkan dengan penemuan kŏmungo, sitar dengan enam senar yang tampaknya merupakan adaptasi dari qin sitar tujuh senar Tiongkok.
Alat musik ini dimainkan dengan cara dipetik senarnya dengan tongkat kayu. Alat musik asli Korea yang serupa adalah biola dua senar dinamakan haegŭm. Dikatakan bahwa kayagŭm diciptakan pada abad ke-6 di daerah Kaya.
Kayagŭm dianggap sebagai instrumen asli favorit Korea, dan dapat didengar di semua tingkatan musik dan tarian Korea. Repertoar solo virtuoso sanjo untuk sitar ini mewakili salah satu genre instrumental murni paling terkenal di Korea.
Tradisi musik pada kekaisaran Korea dimainkan pada waktu tertentu dan sesuai dengan peruntukannya. Tidak ingin lekang dimakan waktu, hingga saat ini Korea masih mempertahankan tradisi musik ribuan tahun lalu. Sampai saat ini pada upacara keagamaan Konfusius di Korea, aak masih dimainkan.
Hyang-ak adalah jenis musik istana yang sudah ada sejak dinasti Silla kekaisaran Korea. Musik istana kekaisaran Korea adalah musik yang khusus dimainkan di lingkungan bangsawan dan lingkungan kekisaran Korea pada masa lalu namun masih dimainkan hingga saat ini.
Musik prosesi militer disebut daechwita yang berarti menabuh dan meniup dengan keras adalah musik yang mengiringi rombongan militer kerajaan. Terdiri atas drum, gong, dan cangkang keong yang mengiringi dan terompet lurus, selain oboe dengan badan berbentuk kerucut.
Ansambel ini diikuti oleh drum Korea yang lembut (changgo) dan oboe silinder (piri), biola Korea yang tidak biasa (haegŭm), dan seruling (taegŭm).
Tahukah anda musisi Kekaisaran Korea pernah tampil epik dalam pertunjukan musik di istana Kekaisaran Tiongkok?
Dikutip dari Britannica, selama pemerintahan raja Sejong (1419-1450) pada dinasti Joseon Kekaisaran Korea, aransemen musik kuil Kekaisaran Korea dan musik ritual Konfusianisme ditulis dalam alfabet Korea hangul yang baru dikembangkan.
Musisi Korea berhasil tampil memukau di istana kekaisaran Tiongkok dan biksu Korea menghadiri pusat pelatihan internasional kekaisaran Tiongkok untuk mempelajari nyanyian Buddhis. Tradisi agung kekaisaran Tiongkok dilestarikan di bawah bimbingan ahli musik istana, Pak Yŏn (1378–1458).
Tidak hanya kaum bangsawan yang haus akan hiburan, hiburan rakyat jelata dipentaskan terbuka di tempat keramaian. Pansori adalah jenis musik tradisional Korea yang lahir dari kalangan rakyat kelas bawah pada saat pemerintahan dinasti Joseon kekaisaran Korea.
Musisi pansori pada awal abad ke-19 tidak hanya terkenal di kalangan rakyat jelata, namun juga disukai oleh kaum bangsawan. Ayah dari raja Gojong mengundang penyanyi terkenal pansori pernama Jin Chae-seon ke istana untuk melakukan pertunjukan musik dalam pesta peresmian paviliun istana.
Buku sejarah dan dokumen administrasi kekaisaran Tiongkok dan Korea, menuliskan daftar besar hadiah yang dikirim oleh kaisar Song Tiongkok ke Korea pada tahun 1111. Daftar ini mencakup 10 set lonceng batu dan 10 set lonceng perunggu, bersama dengan lima padanan besi yang berbunyi dengan nada yang lebih tinggi dan banyak instrumen lainnya.
William P. Malm menyatakan “Ketekunan dan kepedulian pada musik dibuktikan dengan ditemukannya Buku panduan musik kekaisaran Korea bernama Akhak Kwebom. Buku yang berisi sembilan bab ini pertama kali muncul pada tahun 1493.
Tiga bab pertama membahas teori musik, selama berabad-abad penamaan dan interpretasi nada pentatonik di Korea sangat bervariasi.” Menurut Malm, musisi Korea menjaga keseimbangan antara tradisi asli dan pengaruh musik kekaisaran Tiongkok.
Mengapa tradisi ini bisa bertahan lama?
Dapat dikatakan Korea mampu bertahan melestarikan buku-buku notasi yang dimilikinya. Pada akhir abad ke-15 sistem notasi mensural sudah digunakan melalui penggunaan 16 kotak kolom.
Hal ini memberikan indikasi ritme dan tempo yang lebih jelas daripada kebanyakan notasi musik Tiongkok. Untuk diketahui, sistem notasi mensural ini memperhitungkan panjang nada sesuai dengan proporsi. Sistem notasi ini digunakan hingga tahun 1600 yang merupakan dasar adanya notasi modern not balok dengan garis birama.
Penulis | : | Cicilia Nony Ayuningsih Bratajaya |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR