Bagi para peneliti, ini menunjukkan adanya pengelompokan yang signifikan dari situs pendudukan manusia purba di daerah-daerah tertentu.
Meski berbeda-beda, manusia purba cenderung menyukai daerah dengan keanekaragaman hayati yang tinggi dalam satu bioma.
"Artinya, nenek moyang manusia kita menyukai lanskap mosaik, dengan beragam sumber daya tanaman dan hewan (yang bisa digapai) dalam jarak dekat," kata Axel Timmermann, salah satu peneliti dari lembaga yang sama dengan Zeller.
Singkatnya, ekosistem punya peran penting dalam evolusi manusia.
Rincinya, menurut para peneliti, manusia purba dan kerabat hominin lainnya harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Adaptasi ini diperlukan sebelum mereka pada akhirnya harus menyebar ke luar Afrika.
Zeller dan tim mengungkapkan, beberapa spesies manusia purba di Afrika lebih suka hidup di lingkungan terbuka dan luas, pada awalnya. Lingkungan itu berupa padang rumput dan semak kering.
Semua spesies manusia purba pun mulai berpindah meninggalkan Afrika menuju Eurasia. Di sinilah, kemampuan adaptasi setiap spesies mulai berbeda.
Baca Juga: Inilah Cara Sapu Jagat Lindungi Keanekaragaman Hayati dan Krisis Iklim
Baca Juga: Manusia Prasejarah di Asia Tenggara adalah 'Korban' Perubahan Iklim
Baca Juga: Cegah Suhu Bumi Memanas: Kembalikan Hutan dan Biarkan Satwa Liar Bebas
Baca Juga: Monyet Ternyata Bisa Membuat Alat Batu Mirip Buatan Manusia Purba
Homo sapiens dapat menetap di habitat yang lebih ekstrem seperti gurun dan tundra. Keberadaan mereka mungkin pertama kali muncul di Afrika sekitar 200.000 tahun yang lalu. Penyebarannya sangat cepat, bergerak fleksibel, dan lebih kompetitif daripada spesies manusia lainnya untuk menggapai kawasan yang layak.
Sedangkan hominin lainnya seperti H. erectus dan H. heidelbergensis saat menuju Eurasia, mengembangkan toleransi adaptasi yang lebih tinggi. Perpindahan mereka lebih tua daripada H.sapiens, yakni pada 1,8 juta tahun.
Dari perpindahan itu, kemudian, mereka bisa tinggal di iklim sedang dan sejuk di belahan bumi utara.
"Selain beradaptasi dengan perubahan kondisi lingkungan dari waktu ke waktu, model menunjukkan bahwa spesies Homo mungkin lebih memilih daerah dengan habitat yang lebih beragam," kata Bianca Lopez, ahli ekologi dan editor Science.
Saat berbagai spesies Homo berpindah, mereka mulai mengembangkan perlatan batu yang canggih untuk bertahan hidup di hutan. Tentunya, manusia pada akhirnya membuat kelompok yang membutuhkan cara bertahan hidup dengan keterampilan sosial yang matang.
Source | : | phys.org,Science |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR