Nationalgeographic.co.id - Mukjae ilgi buku harian Lee Mun-geon yang diasingkan ke Seongju pada pertengahan abad ke-16 menceritakan penyakit menular yang menjadi endemik pada masa dinasti Joseon. Selain penyakit infeksi menular yang dialaminya, Lee Mun-geon juga mengalami batuk parah dan disentri.
Fenomena yang terjadi saat itu merupakan gambaran suram dinasti Joseon kala demam berdarah dan penyakit infeksi merajalela. Banyak orang ketakutan karena penyakit yang dianggap mematikan ini. Ditambah lagi sulitnya mencari dokter karena bisa dikatakan Kekaisaran Korea pada masa itu kekurangan dokter.
Dalam sejarah buku catatan Lee Mun-geon dikatakan bahwa “Bahkan setelah seratus tahun sistem medis berkembang pesat, mahasiswa kedokteran masih belum banyak yang mengabdikan diri.” Pemerintah dianggap gagal memberikan pendidikan kedokteran yang memadai.
Seperti yang dikutip dari Korean Journal of Medical History, usia harapan hidup rata-rata orang Korea pada masa dinasti Joseon adalah sekitar 35 tahun. Bagi mereka panjang umur adalah keberuntungan. Angka kematian bayi sangat tinggi.
Raja Kekaisaran Korea jauh lebih panjang umur, diperkirakan sekitar 47 tahun. Hanya enam raja yang umurnya lebih dari 60 tahun. Raja yang memiliki umur lebih panjang dari raja lain adalah raja Yeongjo. Raja Yeongjo mendapat kesempatan memerintah selama kurun waktu 52 tahun.
Sumber menyebutkan tak seperti raja lainnya, karena anugerah panjang umur yang diperolehnya Yeongjo tutup usia pada usia 83 tahun. Yeongjo lahir pada 31 Oktober 1694 dan naik takhta pada tahun 1724.
Pangeran Yeoning adalah julukannya sebelum naik takhta sebagai penguasa ke-21 Dinasti Joseon Kekaisaran Korea. Sebenarnya ia memiliki stamina yang tidak sekuat yang dibayangkan, tetapi karena kedisiplinannya menjaga pola makan dan hidup sehat ia memperoleh keberuntungan yang diidamkan orang Korea pada masa itu. Sampai di usia senjanya, Yeongjo rutin mengonsumsi ginseng.
Sejarah menyatakan bahwa masa pemerintahan raja Yeongjo bisa dikatakan sebagai salah satu masa paling jaya di antara masa-masa pemerintahan dinasti Joseon Kekaisaran Korea. Oleh rakyatnya ia dikenal sebagai raja yang peduli akan kesejahteraan rakyatnya.
Yeongjo berempati saat rakyatnya kelaparan karena bencana alam banjir membuat panenan berkurang. Yeongjo memerintahkan para pejabatnya untuk mengurangi pajak dan mengurangi jumlah makanan yang dimakannya. Puluhan tahun kemudian ketika bencana banjir melanda kembali dan membuat panenan rusak. Ia memerintahkan kembali agar jumlah makanannya dikurangi.
Musim panas di Korea sangat terik, mengakibatkan energi mereka terkuras habis. Orang Korea terbiasa menyantap berbagai jenis makanan sehat untuk meningkatkan stamina dan menjaga kesehatan mereka selama musim panas.
Samgyetang adalah sup ayam ginseng khas Korea. Selain ginseng masih banyak ramuan herbal lain yang dimasak dalam sup ini. Sampai saat ini, samgyetang masih dikonsumsi sebagai makanan tradisional yang bergizi di musim panas.
Tubuh yang berkeringat dan kehilangan energi tidak menjadi lemas karena sup ini. Sup ini wajib dihidangkan pada tiga hari istimewa di musim panas yaitu chobol, jungbok, dan malbok yang merupakan tiga hari terpanas dalam setahun. Sebuah buku medis kuno mencatat ginseng berkhasiat menambah energi pada tubuh dan menenangkan mental manusia.
Lalu kapan ginseng pertama kali populer digunakan dalam sejarah Korea?
Seperti yang dikatakan raja Yeongjo, seorang raja Kekaisaran Korea yang hidup pada abad 18 di akhir masa dinasti Joseon. Yeongjo terkenal hidup lama. Rahasia umur panjangnya dikatakan adalah ginseng. Namun, sebelum masa dinasti Joseon budaya menyegarkan diri dan memanfaatkan ramuan revitalisasi seperti ginseng, bisa dikatakan tidak umum.
Sebuah sumber mengatakan, sebenarnya sejak masa periode Silla Kekaisaran Korea, ginseng sudah digunakan untuk mengatasi kelelahan dan pencegahan penyakit. Akan tetapi baru pada abad ke-18 teknik penanaman ginseng era dinasti Joseon memungkinkan untuk melakukan penanaman ginseng secara luas.
Baca Juga: Taejong, Kaisar Paling Kejam dari Dinasti Joseon Kekaisaran Korea
Baca Juga: Hwarang, 'Kesatria Berbunga' yang Mematikan Sebelum Kekaisaran Korea
Baca Juga: Naeuiwon, Cermin Sejarah Pengobatan Kekaisaran Korea Dinasti Joseon
Untuk mendapatkan kualitas ginseng yang bagus, jenis tanah dan cuaca sangat berpengaruh. Tidak heran jika pada masa itu ginseng menjadi makanan bagi raja dan kalangan bangsawan.
Yeongjo memiliki perhatian khusus pada pertanian. Rakyatnya dididik untuk menguasai ilmu pertanian, ia membagikan Buku Teknik Pertanian dalam abjad Hangul.
Tulisan Hangul diciptakan pada masa pemerintahan raja Sejong, keberadaan tulisan ini dianggap meningkatkan komunikasi antara pemerintah dan rakyat secara signifikan. Semua rakyat dari berbagai lapisan masyarakat dapat membaca dan menulis dengan mudah.
Alat pengukur hujan dibuat dalam jumlah banyak dan dibagikan. Raja tidak ingin panenan gagal karena banjir. Alat pengukur hujan yang bermanfaat mengukur curah hujan ini disebut-sebut sebagai temuan alat pengukur hujan yang tertua di Asia Timur.
Bukti sejarah dari Buku Harian Sekretariat kerajaan menyebutkan raja Yeongjo ingin menciptakan kembali berbagai penemuan yang dibuat pada masa pemerintahan raja Sejong. Ia menemukan catatan mengenai penemuan alat pengukur hujan, maka raja Yeongjo memerintahkan untuk membuat produksinya kembali.
Dikutip dari FAO, ginseng Korea adalah warisan pertanian yang penting dalam sejarah dan tradisi selama seribu lima ratus tahun. Sistem pertanian Korea dikenal ramah lingkungan karena berfokus pada sirkulasi dan arah angin, sehingga hubungan simbiosis alam dan manusia terjaga.
Sanggup Serap Ratusan Juta Ton CO2, Terobosan Ini Diklaim Cocok Diterapkan di Indonesia
Source | : | fao.org |
Penulis | : | Cicilia Nony Ayuningsih Bratajaya |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR