Nationalgeographic.co.id - Untuk pertama kalinya, tim ilmuwan di Kanada mengungkap dampak pengembangan salju buatan, termasuk jejak air dan emisinya, terhadap perubahan iklim. Para peneliti menemukan hal itu telah memberikan tekanan yang lebih pada iklim.
Untuk diketahui, salju buatan biasanya digunakan untuk lereng ski. Namun di era perubahan iklim, hubungan antara salju buatan dan perubahan iklim menjadi semakin rumit. Misalnya, akibat perubahan iklim, musim salju semakin pendek dengan suhu yang lebih tinggi.
Akibatnya, produksi salju buatan harus ditingkatkan. Namun sebagai gantinya, butuh energi yang lebih banyak untuk menghasilkan salju buatan yang lebih banyak.
Tim peneliti menemukan, pengembangan salju buatan ternyata menyumbang energi tahunan setara dengan hampir 17.000 rumah. Jumlah itu yang dibutuhkan untuk menghasilkan salju untuk operasi ski tahunan di Kanada saja.
Temuan tersebut telah diteritkan dalam makalah studi di jurnal peer-review Current Issues in Tourism. Makalah tersebut dipublikasikan dengan judul "Sustainability of snowmaking as climate change (mal)adaptation: an assessment of water, energy, and emissions in Canada’s ski industry."
Para ahli dari University of Waterloo, di Kanada, dan University of Innsbruck, Austria, menemukan 130.095 ton CO2 atau karbon dioksida, diperlukan untuk menghasilkan sekitar 42 juta meter kubik salju buatan di Kanada pada musim dingin rata-rata.
Untuk konteksnya, ini sebanding jumlah serapan karbon dari 155.141 hektare hutan selama satu tahun.
Karena lebih banyak salju buatan yang diperlukan di bawah perubahan iklim di masa depan, kebutuhan air dan energi akan terus meningkat. Bahkan saat musim ski rata-rata semakin pendek dalam beberapa dekade mendatang.
Untuk menghasilkan salju buatan, dan ski di Kanada lebih berkelanjutan, tim menyerukan kolaborasi antara operator ski, pembuat kebijakan, dan organisasi lingkungan. Juga dengan pemain ski untuk mengembangkan dan mendukung kebijakan dan praktik komprehensif.
Praktik yang dimaksud harus memprioritaskan keberlanjutan dalam mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dan dampak terkaitnya pada massa salju yang terkompresi.
“Hasil kami menekankan perlunya mengadopsi pendekatan sistem untuk memastikan keberlanjutan wisata ski dalam jangka panjang,” kata rekan penulis Profesor Daniel Scott, dari departemen Geografi dan Manajemen Lingkungan di Waterloo.
“Ini termasuk merangkul inovasi dan berinvestasi dalam teknologi pembuatan salju hemat energi, mempromosikan tindakan konservasi air, dan mempercepat transisi ke sumber energi terbarukan."
Source | : | EurekAlert!,Current Issues in Tourism |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR