“Peristiwa ini dikenal dengan nama “Perburuan Pedang” atau Katanagari,” tulis Kallie Szczepanski di laman Thoughtco.
Katanagari adalah kebijakan heinobunri (memisahkan antara samurai dan petani) yang merampas hak istimewa kelas petani untuk memakai pedang.
Sebelum akhir abad ke-16, Penduduk Kekaisaran Jepang dari berbagai kelas membawa pedang dan senjata lain. Hal ini dilakukan untuk pertahanan diri selama periode Sengoku yang kacau. Namun, kadang-kadang orang-orang menggunakan senjata ini untuk melawan penguasa samurai mereka dalam pemberontakan petani (ikki).
Perburuan Pedang ini juga berperan dalam penghentian kekerasan setelah Sengoku. Pada akhirnya, dekrit ini mengarah ke perdamaian 2,5 abad yang menjadi ciri Keshogunan Tokugawa.
Rahasia kuno dari teknik tradisional pembuatan pedang di Kekaisaran Jepang saat ini hanya diketahui oleh sekitar 300 pembuat pedang. Ironisnya, tradisi pembuatan pedang telah menurun secara signifikan di Kekaisaran Jepang.
Padahal, pada awal abad ke-15, ada sekitar 3.550 pembuat pedang aktif. Mereka membuat pedang dengan kualitas luar biasa dan penampilan yang sangat artistik. Menerima pedang seperti itu merupakan kehormatan besar bagi seorang samurai di masa itu.
Kini dengan menghilangnya kelas samurai, pembuat pedang pun turut menghilang seiring dengan berjalannya waktu.
Source | : | thought.co,Ancient Pages |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR