“Ini adalah kontribusi yang bagus dan dokumentasi yang penting tentunya,” kata Surendra Adhikari, seorang ilmuwan peneliti di Jet Propulsion Laboratory yang tidak terlibat dalam penelitian ini. Adhikari menerbitkan makalah tahun 2016 tentang redistribusi air yang berdampak pada penyimpangan rotasi. "Mereka menghitung peran pemompaan air tanah pada gerakan kutub, dan itu cukup signifikan."
Lokasi air tanah penting untuk seberapa besar perubahan pergeseran kutub; mendistribusikan kembali air dari garis lintang tengah memiliki dampak yang lebih besar pada kutub rotasi. Selama masa studi, sebagian besar air didistribusikan kembali di Amerika Utara bagian barat dan India barat laut, keduanya di garis lintang tengah.
“Upaya negara-negara untuk memperlambat tingkat penipisan air tanah, terutama di daerah sensitif itu, secara teoritis dapat mengubah perubahan arus. Akan tetapi hanya jika pendekatan konservasi seperti itu dipertahankan selama beberapa dekade,” tutur Seo.
“Kutub rotasi biasanya berubah beberapa meter dalam waktu sekitar satu tahun, jadi perubahan akibat pemompaan air tanah tidak berisiko mengubah musim. Namun pada skala waktu geologis, pergeseran kutub dapat berdampak pada iklim,” tambah Adhikari.
Langkah selanjutnya untuk penelitian ini bisa melihat ke masa lalu.
“Mengamati perubahan kutub rotasi Bumi berguna untuk memahami variasi penyimpanan air skala benua,” kata Seo. "Data gerakan kutub tersedia sejak akhir abad ke-19. Jadi, kami berpotensi menggunakan data tersebut untuk memahami variasi penyimpanan air kontinental selama 100 tahun terakhir. Apakah ada perubahan rezim hidrologi akibat pemanasan iklim? Gerakan kutub bisa saja memegang jawabannya."
Source | : | EarthSky |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR