Nationalgeographic.co.id—Kama Sutra dikenal oleh masyarakat luas sebagai pedoman seks bagi orang-orang India kuno. Pengucapan Kama Sutra membawa kita pada gambaran lukisan dinding erotis.
Dalam relief-relief itu, digambarkan orang-orang cantik dalam kondisi telanjang yang berpelukan dalam posisi yang cukup eksotis. Wanita-wanita itu memiliki bentuk tubuh yang eksotis dan ideal, membuat setiap instruktur yoga menjadi insecure dibuatnya.
Seorang tokoh bernama Mallanaga Vatsyayana, dikenal secara luas sebagai penulis dari kitab Kama Sutra, meski masih sangat sedikit yang diketahui tentangnya. Dikatakan bahwa dia menulis naskah itu melalui ilham ilahi setelah banyak melakukan meditasi.
"Kama Sutra berarti risalah tentang kenikmatan seksual," tulis Joanne Reed kepada History of Yesterday dalam artikel berjudul The Religious Insights of the Kama Sutra yang diterbitkan pada 11 November 2022.
Berbeda dengan pandangan Kristen yang memandang tujuan seksual sebagai prokreasi, dalam mitologi Hindu sejak abad ke-4, Kama Sutra merupakan pengembangan kenikmatan seksual yang terlepas dari prokreasi. Boleh dikata hal itu semacam pencarian religiusitas seseorang.
Seni rayuan dan pengejaran kenikmatan seksual seperti yang diungkapkan dalam Kama Sutra, merupakan bagian integral dari sastra Sanskerta.
Secara keseluruhan kitab Kama Sutra ini terdiri dari 36 bab yang terbagi menjadi 7 bagian, dan telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa, termasuk ke dalam bahasa Inggris. Kitab ini disadur ulang dengan menggunakan bahasa Inggris oleh Burton dan Doniger.
Orang bijak dan seniman yang menganut mitologi Hindu menganggap subjek ini sangat menarik. Hal inilah yang membuat mereka mengabadikan berbagai ajaran dan praktik Kama Sutra dalam bentuk tulisan dan pahatan batu di berbagai kuil di seluruh negeri.
Pada mulanya, sang pencipta dalam mitologi Hindu menciptakan pria dan wanita. Dalam bentuk perintah, sang pencipta menetapkan aturan terkait keberadaan keduanya sesuai dengan prinsip Dharma, Artha, dan Kama.
Dalam tradisi dan mitologi Hindu, selama hidupnya, manusia harus mengejar tiga tujuan utama yang diperlukan untuk kehidupan yang memuaskan dan bahagia (Dharma, Artha, dan Kama).
Dharma adalah tugas individu yang dipenuhi dengan mematuhi adat atau hukum. Dharma mencakup kewajiban agama, hak moral, dan kewajiban, serta perilaku yang memungkinkan ketertiban sosial, perilaku yang baik, dan perilaku yang bajik.
Prinsip ini mencakup apa yang harus diterima dan dihormati oleh semua makhluk yang ada untuk mempertahankan keharmonisan dan keteraturan di dunia.
Source | : | History of Yesterday |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR