Nationalgeographic.co.id—Ketika mengunjungi Syracuse, Anda bisa menemukan jejak-jejak kebudayaan Yunani dan Romawi. Bizantium, Aghlabiyyah, serta bangsa Norman turut meninggalkan jejaknya di setiap sudut kota kaya sejarah di timur Sisilia itu. “Bahkan situs-situs bersejarah itu pun menarik perhatian Hollywood,” tulis Dom Tulett di laman National Geographic. Salah satunya adalah film Indiana Jones dan Dial of Destiny.
Dalam film itu, arkeolog Indiana Jones membawa penonton menikmati keindahan Sisilia. Dan Syracuse adalah lokasi syuting untuk sejumlah adegan dalam film tersebut.
Isola di Ortigia adalah pusat sejarah Kota Syracuse yang memancarkan pesona barok klasik. Di antara piazza, pengunjung bisa menikmati reruntuhan berusia ribuan tahun. Terus berjalan sambil menikmati keindahan kota, mereka yang beruntung akan menemukan sebuah pintu tersembunyi. Pintu itu akan membawanya masuk ke katakomba yang penuh misteri.
Inilah cara menghabiskan satu hari menyusuri jejak Indiana Jones: dari ruang bawah tanah yang penuh misteri hingga reruntuhan kuil kuno.
Alih-alih menghadapi bahaya besar di depan mata, para turis bisa memanjakan diri di kedai trattoria dan gelato di Syracuse.
Orecchio di Dionisio atau Telinga Dionysius
Saat menelusuri jalan setapak berkelok-kelok di antara pepohonan jeruk, Anda akan menemukan retakan setinggi 23 meter. Itu adalah Orecchio di Dionisio atau Telinga Dionysius.
Situs tersebut adalah sebuah gua batu kapur yang diukir dari bukit Temenites di Syracuse. Nama unik gua itu diberikan oleh pelukis Michelangelo da Caravaggio. Mengapa disebut telinga? Pasalnya, bentuk gua itu mirip dengan telinga manusia.
“Orecchio di Dionisio berbentuk seperti telinga dengan saluran melengkung yang digali jauh ke dalam batu,” tambah Tulett.
Nama tersebut juga dikaitkan dengan efek akustik di dalam gua. Konon suara orang bergema hingga 16 kali.
Menurut legenda akustik gua buatan manusia ini dirancang untuk memperlancar percakapan para tahanan yang dikurung di sini.
Source | : | national geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR