Hasil investigasi yang sangat teliti itu membutuhkan waktu. Temuannya diterbitkan dalam jurnal peer-review.
“Baik sensor 2020 dan 2021 di Death Valley harus dibongkar dan dikirim ke laboratorium kalibrasi pengujian independen. Salah satu pengujian telah selesai dan kami menunggu yang kedua,” kata Prof. Cerveny.
Prof. Cerveny adalah President Professor of Geographical Sciences, Arizona State University, Tempe, Arizona, USA.
Penilaian awal menunjukkan bahwa pengamatan rekor suhu dan perubahan iklim itu sah. Peralatan di stasiun meteorologi Furnace Creek dijaga secara teratur oleh National Weather Service di Las Vegas. Temuan awal menunjukkan itu dalam kondisi kerja yang layak pada saat pengamatan.
Catatan catatan suhu lainnya
Suhu tertinggi kedua ditetapkan pada Juli 1931 di Kebili, Tunisia, pada 55 derajat celcius. Rekor suhu tinggi lainnya termasuk 54,0 derajat celcius di Mitribah, Kuwait, pada 21 Juli 2016 dan yang kedua di Turbat, Pakistan, pada 28 Mei 2017.
“(Tapi) beberapa sejarawan cuaca mempertanyakan keakuratan catatan suhu lama."
Arsip Organisasi Meteorologi Dunia untuk Cuaca dan Iklim ekstrem selalu bersedia menyelidiki catatan ekstrem apa pun di masa lalu ketika bukti baru yang kredibel disajikan.
"Namun, Komite Ekstrem Nasional AS dan Arsip cuaca dan iklim ekstrem WMO menerima pengamatan suhu tahun 1913,” kata Prof. Cerveny.
Source | : | Science Alert,World Meteorological Organization |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR