Caracalla adalah salah satu kaisar dari Kekaisaran Romawi yang eksentrik. Konon, tiran yang haus darah ini memiliki obsesi terhadap Aleksander Agung. Sebisa mungkin, ia meniru sang penakluk dari Makedonia itu. Apa sebabnya?
Kaisar Romawi Caracalla: di bawah bayang-bayang Aleksander Agung
Momok Aleksander Agung membayangi dunia kuno lama setelah kematiannya. Raja Makedonia itu meninggalkan jejak yang tak terhapuskan pada budaya dunia Helenistik dan Kekaisaran Romawi.
Bahkan Kaisar Romawi dari abad ketiga diberi nama Severus Alexander karena ia lahir di tanggal yang sama dengan kematian Aleksander Agung. Klaim ini - sayangnya - benar-benar palsu. Pemilihan nama itu lebih bermotif politik, menurut sejarawan Herodian. Dia mengeklaim bahwa nama itu dipilih oleh ayah sang kaisar, Caracalla. Konon, mantan Kaisar Romawi itu terobsesi pada sang penakluk muda.
Untuk memahami keinginan kaisar untuk menjadi Aleksander baru, penting untuk memahami kehidupan dan pemerintahannya. “Caracalla hidup dan memimpin di tengah ketidakstabilan politik dan identitas yang bergeser,” tulis Kieren John di laman The Collector.
Caracalla dan Geta mewarisi kekuasaan dari sang ayah
Ayah Caracalla meninggal di Eboracum pada tahun 211 Masehi. Kekuasaan Kekaisaran Romawi diteruskan ke Caracalla dan adik laki-lakinya, Publius Septimius Geta.
Ketegangan antara kedua ahli waris telah retak sepanjang masa muda mereka. Namun hubungan kedua bersaudara itu memburuk dalam waktu kurang dari 1 tahun setelah kematian ayah mereka. Pada musim dingin 211-212, Geta ditipu. Berjalan ke istana kekaisaran di Roma, putra bungsu Severan dipukul dan dibunuh atas perintah saudaranya.
Kekaisaran Romawi kemudian berada dalam kendali Caracalla.
Caracalla membangun Kekaisaran Romawi
Segera setelah pembunuhan Geta, Herodian menjelaskan bagaimana Caracalla melarikan diri ke kamp Garda Praetoria. Di sana, dia memberi tahu para prajurit bahwa dia telah lolos dari rencana berbahaya.
Yang terpenting, menurut narasi Herodian, Caracalla mencela saudaranya sebagai seorang konspirator. “Ia bersikap seakan-akan pembunuhan itu adalah upaya pembelaan diri,” tambah Johns. Para prajurit yang berkumpul memberi hormat kepada Caracalla sebagai satu-satunya Kaisar Romawi.
Episode kecil setelah persaingan saudara kandung yang fatal ini penting dalam skala kekaisaran. Selama masa pemerintahannya, Caracalla memberlakukan undang-undang luar biasa yang dikenal sebagai constitutio Antoniniana. Undan-undang ini memperluas kewarganegaraan Romawi untuk semua penduduk laki-laki yang lahir bebas di kekaisaran. Dekrit menjadi perdebatan para sejarawan.
Sebagian sejarawan berpendapat bahwa dekrit tersebut memungkinkan kaisar untuk menciptakan kekaisaran baru setelah pembunuhan Geta. Di masa pemerintahan Caracalla, setiap individu memiliki hubungan langsung dengan kaisar dan berutang kesetiaan kepadanya.
Caracalla sang pejuang
Saat mendeskripsikan constitutio Antoniniana, sejarawan Cassius Dio mengecamnya sebagai produk keserakahan Caracalla yang tak terpadamkan. Kaisar menarik lebih banyak pajak yang memungkinkannya untuk membeli kesetiaan para prajurit. Kesetiaan prajuritnya penting bagi kaisar, kata Dio, karena itu membuatnya aman.
Narasi Dio menekankan kegemaran Caracalla pada semua yang berkaitan dengan militer. Ia menggambarkan bagaimana kaisar akan berbaris dan berlatih bersama para prajurit. Di sisi lain, sejarawan juga mencatat bahwa Caracalla sangat malas.
Namun demikian, pemerintahan singkat Caracalla ditandai dengan upaya militer. Dalam setahun setelah merebut kekuasaan tunggal, dia melancarkan kampanye melawan Alamanni di Jerman.
Namun strategi jangka panjangnya dirusak oleh kekacauan yang akan meletus di wilayah tersebut dalam beberapa dekade. Terlepas dari itu, dia relatif sukses. Perjalanannya ke Rhine disambut dengan aklamasi kekaisaran. Caracalla segera dianugerahi gelar Germanicus maximus. Ia dipandang sebagai seorang pemimpin militer tradisional dan sukses.
Meskipun tujuan kampanye di Jerman tidak jelas, jelas bahwa itu penting bagi kaisar. Tampaknya penekanan Caracalla pada kehebatan militernya adalah upayanya untuk membangun paradigma otoritas kekaisaran yang berbeda. “Ia ingin dipandang sebagai penakluk militer yang hebat,” ungkap Johns.
Bahkan Caracalla memiliki gaya potret Caracalla yang ikonik. Ia kerap digambarkan dengan rambut ikal pendek, wajah cemberut yang khas serta alis yang berkerut. Penggambaran itu adalah upaya menggunakan seni untuk menunjukkan evolusi kaisar menjadi seorang prajurit.
Mitos dan kepahlawanan: Caracalla, Aleksander Agung, dan Achilles
Jika Anda ingin menampilkan diri sebagai pemimpin militer yang hebat di dunia kuno, Aleksander Agung adalah model yang sempurna. Caracalla tampaknya menyadari hal ini. Pasalnya, sejak sekitar tahun 214 Masehi, iamulai secara sadar meniru Aleksander Agung dalam berbagai cara. Ia melakukan segala cara agar bisa disejajarkan dengan penakluk dari Makedonia itu.
Seperti halnya dengan penyamaran Hercules dan gladiator Commodus, sumber-sumber kuno senang merendahkan peniruan kaisar terhadap Aleksander Agung. Hal tersebut menjadi bukti lebih lanjut dari megalomania yang muluk-muluk dan delusi.
Tapi apakah alasan di balik pemilihan Aleksander Agung sebagai panutan?
Setelah berhasil menyelesaikan kampanye Jermaniknya, Caracalla berangkat dari Roma pada tahun 214 Masehi. Menuju ke timur dalam perang melawan Parthia, dia segera menjadi Aleksander Agung, menurut Herodian. Sejarawan melanjutkan dengan menjelaskan bagaimana lukisan atau patung Aleksander dapat ditemukan di seluruh kekaisaran Caracalla.
Karena Aleksander Agung terpesona pada pahlawan mitos Yunani kuno— terutama Achilles — Caracalla juga memberi penghormatan kepada Achilles. Misalnya, ia melakukan pengaturan pengurbanan dan hiburan di Makam Achilles.
Obsesi Caracalla untuk menjadi Aleksander yang baru adalah cara untuk mengomunikasikan pendekatan khusus pemerintahannya kepada rakyatnya. Karena daya tarik yang terus berlanjut dengan raja Makedonia di dunia kuno, dia berperan sebagai sosok yang sangat dikenal. Meniru Aleksander menawarkan Caracalla cara yang nyaman untuk mengomunikasikan otoritas dan statusnya di kekaisaran, terutama di timur.
Tindakan meniru itu digunakan oleh sejarawan kuno untuk merendahkan pemerintahan Caracalla. Namun pada kenyataannya, itu adalah politik alih-alih megalomania. Untuk serangan militer ke Parthia, Caracalla memosisikan diri sebagai penakluk besar Persia dari dunia kuno. Caracalla seakan menyampaikan pesan kepada rakyat bahwa serangan militer akan berhasil.
Apakah Caracalla berhasil setelah meniru Aleksander Agung?
Upaya Caracalla untuk hidup sesuai dengan model Aleksander Agung itu gagal. Pada tahun 217 Masehi, kaisar dibunuh di gurun oleh prajuritnya.
Setelah itu, kaisar baru pun menjadikan Caracalla dan Aleksander Agung sebagai model. “Mereka mengikuti jejak Caracalla,” Johns menambahkan.
Mereka berusaha menghubungkan diri dengan kaisar sebelumnya untuk mendapatkan legitimasi. Hal ini sama seperti para jenderal Alexander mencoba menggunakan mantan raja untuk melegitimasi perebutan kekuasaan mereka.
Sepeninggal Caracalla, nama Aleksander sekali lagi menjadi identik dengan pemerintahan di Kekaisaran Romawi.
Kobarkan Semangat Eksplorasi, National Geographic Apparel Stores Resmi Dibuka di Indonesia
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR