Groves percaya bahwa Oppenheimer secara khusus memenuhi syarat untuk mengatasi tantangan membangun bom atom. Ia juga dinilai mampu mengelola para ilmuwan brilian lainnya, yang egonya mudah terluka.
Salah satu ilmuwan temperamental tersebut yaitu Edward Teller. Ia menjelaskan mengapa Oppenheimer sangat cocok untuk pekerjaan itu:
"Ia tahu bagaimana mengatur, membujuk, melucu, menghibur, menenangkan perasaan, bagaimana memimpin dengan kuat tanpa terlihat seperti memimpin... Keberhasilan Los Alamos yang luar biasa tumbuh dari kecemerlangan, antusiasme, dan kharisma yang digunakan Oppenheimer untuk memimpinnya."
Setelah diterima kembali oleh Groves, Oppenheimer mulai bekerja, mengemban tugas monumental untuk melepaskan energi atom.
Para ilmuwan Oppenheimer di Los Alamos telah menerima bahan bakar yang cukup dari Oak Ridge dan Hanford. Pada saat itu cukup untuk memproduksi dua jenis bom, “satu berbahan bakar uranium-235 dan satu lagi berbahan bakar plutonium-239,” jelas Kagen.
Secara senyap, bom-bom tersebut diuji coba pada bulan Juli 1945 di gurun New Mexico yang terpencil atau dikenal dengan situs Trinity. Sebuah bola api melesat ke langit, dikelilingi oleh awan jamur raksasa yang luasnya sekitar 40.000 meter.
Dampak dari ledakan uji coba itu, bangunan-bangunan mengalami guncangan hingga Kota El Paso, yang berjarak sekitar 426 kilometer.
Namun Departemen Pertahanan tidak membiarkan berita itu tersebar. Polisi negara bagian melaporkan bahwa itu adalah ledakan yang tidak disengaja di sebuah kamp Angkatan Darat.
Seorang pria yang sedang melakukan perjalan melintasi New Mexico, melihat langit menyala. Ia menyampaikan kepada surat kabar di Chicago, bahwa dirinya telah menyaksikan meteor raksasa. Kesaksiannya terbit dalam bentuk artikel singkat.
Keesokan harinya FBI mengunjungi kantor penerbit, memintanya untuk melupakan cerita tersebut, dan cerita itu tidak pernah muncul kembali.
Akhir dari sebuah rahasia
Presiden Harry S. Truman sedang bersiap untuk bertemu dengan pemimpin Soviet Joseph Stalin dan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill pada Juli 1945 di Potsdam. Mereka membahas perdamaian pasca perang, setelah Truman mengetahui keberhasilan uji coba di Situs Trinity.
Ia kemudian memberi tahu pemimpin Soviet tentang rahasia besar itu. Faktanya, Stalin sudah mengetahui tentang bom tersebut., dibantu oleh mata-mata di Los Alamos yang sejauh ini berhasil lolos dari deteksi. Di waktu yang sama, program senjata nuklir Soviet juga sedang berlangsung.
Deklarasi Potsdam dikeluarkan pada tanggal 26 Juli 1945, yang menyerukan Jepang untuk menyerah tanpa syarat atau menghadapi "kehancuran yang cepat dan menyeluruh."
Jepang mau menyerah, namun dengan syarat Kaisar Hirohito diizinkan untuk tetap berkuasa. Syarat tersebut mendapat penolakan dari Truman, yang artinya Jepang juga menolak deklarasi tersebut.
“Dua ledakan atom yang mematikan akhirnya memaksa Hirohito untuk menyerah,” jelas Kagen. Serangan pertama melibatkan bom uranium yang dilepasakan pada tanggal 6 Agustus 1945. Menyusul tiga hari berikutnya, ledakan kedua terjadi di Nagasaki, dengan bom plutonium.
“Lebih dari 150.000 orang tewas dalam serangan tersebut, dan ribuan lainnya terkontaminasi oleh radioaktif dan meninggal dunia,” tegas Kagen.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR