Selama festival kalender sejarah Aztec, korban akan dihias untuk tampil sebagai dewa. Setelah dipenggal, jenazah para korban akan dihadiahkan kepada para bangsawan dan anggota penting masyarakat.
Ilustrasi abad ke-16 menunjukkan bagian tubuh dimasak dalam panci besar. Darahnya akan disimpan oleh para pendeta, digunakan untuk dicampur dengan jagung untuk membuat adonan yang akan dibentuk seperti patung dewa, dipanggang dan kemudian diberikan sebagai makanan kepada para peraya di festival tersebut.
Tindakan syukur dalam sejarah Aztec
Pengorbanan manusia dalam skala besar dan kecil dilakukan sepanjang tahun bertepatan dengan tanggal kalender penting yang digunakan untuk mendedikasikan bait suci, membalikkan kekeringan dan memerangi kelaparan.
Jumlah kanibalisme terbesar bertepatan dengan waktu panen. Dalam mitologi Aztec, dewi kesuburan Tonacacihuatl yang berarti “Lady of Our Food” atau “Lady of Our Flesh” disembah karena menghuni bumi dan membuatnya subur.
Mengupas jagung dianggap oleh suku Aztec sebagai tindakan yang sama dengan merobek jantung korban, keduanya menggunakan bilah obsidian yang merupakan simbol Tonacacihuatl.
Jantung akan dipotong terlebih dahulu
Metode pilihan pengorbanan manusia adalah pengangkatan jantung oleh seorang pendeta Aztec menggunakan pisau obsidian yang tajam, di puncak piramida atau kuil. Korban kemudian akan ditendang atau dilempar ke bawah, sehingga darah mereka akan tumpah di tangga piramida.
Begitu tubuh mencapai bagian bawah tangga, akan dipenggal, dipotong-potong dan dibagikan. Korban juga terkadang ditembak penuh dengan anak panah, dilempari batu, dihancurkan, dicakar, diiris, dikuliti atau dikubur hidup-hidup.
Air mata anak-anak disukai dewa
Korban pengorbanan yang berbeda dibutuhkan untuk dewa yang berbeda. Sementara prajurit dikorbankan untuk dewa perang, wanita dan anak-anak juga akan digunakan untuk bentuk pemujaan lainnya.
Anak-anak dipilih secara khusus untuk dewa hujan, dan diyakini bahwa mereka sangat menyenangkan dewa air dan hujan, seperti Tlaloc.
Kala Terbunuhnya De Bordes oleh Depresi, Jadi 'Sejarah Kecil' di Hindia Belanda
Source | : | History Hit |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR