Nationalgeographic.co.id – Sejarah Barbie memiliki daya tarik tersendiri. Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1959 di pameran mainan New York, boneka mode ini terus meraih popularitasnya.
Salah satu daya tarik Barbie adalah dia tidak mencerminkan masa lalu, tetapi menunjukkan masa depan seorang gadis. Dengan kata lain, Barbie adalah perwujudan dari bagian paling menarik dari hidup sebagai wanita.
Barbie akhirnya ‘dihidupkan’ menjadi film live action. Sosok Barbie yang diperankan oleh Margot Robbie sukses mencuri perhatian penonton. Film yang disutradarai oleh Greta Gerwig ini membahas banyak kontradiksi tentang wanita. Terkadang diselipi humor dan ironi, di lain waktu kembali ke fantasi tentang dominasi dunia wanita dan pria.
Film ini menyoroti banyak kontradiksi tentang wanita. Di awal film, Barbie sepertinya mengolok-olok dirinya sendiri. Semua orang membenci steorotipe Barbie. Gadis-gadis membenci Barbie karena mereka tidak bisa memenuhi kesempurnaan Barbie.
Anak laki-laki membenci Barbie karena dia adalah boneka yang tidak berguna tanpa vagina. Semua orang senang dengan dunia Barbie karena "patriarki" tidak ada di sana. Satu-satunya fungsi Ken adalah menjadi aksesori Barbie.
Klimaks cerita terjadi ketika Ken menemukan patriarki dan mengubah dunia Barbie menjadi dunia yang didominasi laki-laki.
Namun, aspek film yang mungkin paling unik dan menggugah pikiran adalah perlakuannya terhadap keibuan. Barbie bukanlah seorang ibu kecuali jika Anda memperhitungkan pengaruhnya terhadap jutaan gadis muda yang mencintai dan membenci ikon tersebut, dan bercita-cita untuk menjadi seperti dia atau bersumpah untuk tidak menjadi seperti dia.
Dibuat oleh Ruth Handler pada tahun 1959, Barbie adalah boneka dewasa pertama untuk anak perempuan. Boneka ini dirancang untuk membantu gadis kecil berlatih menjadi ibu dan merawat orang lain. Barbie mengizinkan gadis-gadis kecil untuk berlatih menjadi siapa mereka jika mereka menjaga diri mereka sendiri.
Sebagai seorang ibu, Ruth Handler menciptakan Barbie untuk putrinya dan sebagai representasi putrinya. “Kami, para ibu, berdiri diam agar putri kami dapat melihat ke belakang untuk melihat seberapa jauh mereka telah berkembang,” kata Ruth Handler yang diperankan oleh Rhea Perlman kepada Barbie.
Dia merujuk hubungannya dengan putrinya, Barbara Handler, yang diberi nama Barbie. Namun, dia mungkin juga menganggap Barbie sebagai boneka itu sendiri, yang dibayangkan, dirancang, diperjuangkan, dan dibawa oleh Ruth Handler ke dunia.
Yang pasti, sekarang Barbie berarti sesuatu yang berbeda daripada yang dia lakukan pada anak-anak tahun 60-an. Namun, boneka itu tetap melambangkan pola pikir "Saya bisa melakukan apa saja" yang dianut banyak wanita muda.
Source | : | pschology today |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR