Rokok, Bung Karno dan Fidel Castro
Kenangan tak mengenakkan dalam ingatan sejarah Bung Karno, berbanding terbalik dengan kenangan manis saat perjamuan santai Bung Karno dengan Fidel Castro di Havana, Ibu kota Kuba.
Sigit Aris Prasetyo pernah bercerita tentang kedekatan Soekarno dengan Fidel Castro dalam bukunya yang berjudul Dunia dalam Genggaman Bung Karno yang diterbitkan pada tahun 2017.
Pasca iring-iringan meriah di tengah kemelut kemenangan simpatisan Castro, Soekarno kembali dijamu oleh sang pemimpin Kuba dengan hangat. Kala itu, Mei 1960, dan Bung Karno terlibat obrolan santai dengan Castro.
Sembari mengisap rokok, obrolan santai mengalir begitu deras di antara kedua pemimpin negara, dalam suasana euforia pasca keberhasilan Fidel Castro menggulingkan rezim Batista.
Fidel Castro menyodorkan cerutu khas Kuba kepada Bung Karno. Keduanya lantas menikmati cerutu khas Kuba sembari melanjutkan perbincangan ringan. Setelahnya, gantian Bung Karno menawarkan rokok yang dibawanya.
Lantas, "Castro terkejut. Rokok yang ditawarkan Bung Karno merek Player’s, merek rokok yang diproduksi di Inggris," imbuh Sigit dalam bukunya. Fidel Castro meyakini Bung Karno adalah seorang marhaenis yang anti-Barat, lantas keheranan.
Castro menanyakan, mengapa Soekarno masih mengisap rokok yang bukan buatan negerinya. Kemudian, dengan candaan ringan bernada sinis, Bung Karno menjawab pertanyaan Castro.
"Betul. Kaum imperialis dan kapitalis itu harus diisap jadi asap dan debu,” ungkap Bung Karno diiringi dengan derai tawa di antara keduanya. Dalam ingatan sejarah Bung Karno, rokok telah merekatkan mereka, berikut juga ingatannya tentang Revolusi Kuba.
Source | : | Sewindu Dekat Bung Karno (1988) |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR