Sang kaisar berniat untuk mengembalikan kekuasaan kekaisaran di Jepang setelah Perang Genko (1331-33). Go-Daigo sendiri kemudian digulingkan 3 tahun kemudian. Hal itu terjadi karena kebijakannya mengecewakan para pendukungnya. Di sisi lain, dia tidak sepenuhnya menghargai samurai yang telah berjuang untuknya.
Salah satu yang melawannya adalah jenderal agungnya Ashikaga Takauji. Sang jenderal membalas dendam dengan mengkhianati kaisar pada tahun 1335. Takauji kemudian memimpin pasukannya melawan loyalis kekaisaran, termasuk Masashige dan samurai Nitta Yoshisada.
Ketika klan Ashikaga mengepung Kyoto pada musim panas tahun 1336, Go-Daigo memerintahkan pasukannya untuk terlibat dalam pertempuran sengit. Hal ini terjadi meskipun Masashige menyarankan untuk bersembunyi di pegunungan. Setelah itu, mereka bisa menjebak para pemberontak di kota sambil mengganggu jalur pasokan mereka.
Dia tahu para loyalis tidak mempunyai peluang untuk menang dengan taktik Go-Daigo. Namun ia tetap berjuang dan melakukan pengorbanan terbesar demi pemimpinnya.
Insiden Honno-ji dan Pertempuran Yamazaki
Periode Sengoku (1467-1603) dikenang karena serangkaian pertempuran samurai yang epik. Di masa itu, perang saudara terjadi terus-menerus.
Dalam beberapa pertempuran legendaris, Oda Nobunaga menjadi pemenang di Okehazama, Anegawa dan Nagashino. Kemenangan taktis Takeda Shingen atas pasukan Tokugawa Ieyasu di dataran Mikatagahara pada 1573 juga terus dikenang dalam sejarah.
Bagi Toyotomi Hideyoshi, keberhasilan paling menonjol di medan perang terjadi saat melawan pasukan Akechi Mitsuhide. Pertempuran Yamazaki terjadi pada 2 Juli 1582, tidak lama setelah kematian Nobunaga.
Daimyo terkuat di Kekaisaran Jepang itu disergap saat sedang beristirahat di Kuil Honno-ji di Kyoto. Dia kemudian bunuh diri dengan seppuku. Nasib yang sama menanti putra sulungnya Nobutada di Kastil Nijo.
Meskipun tidak membunuh keduanya secara pribadi, Mitsuhide mengaku bertanggung jawab atas kedua kematian tersebut. Ia pun menetapkan dirinya sebagai shogun di Kekaisaran Jepang. Namun, kepemimpinannya hanya bertahan selama 13 hari. Toyotomi membalas kematian tuannya di Yamazaki.
Pasukannya membuat Mitsuhide kewalahan. Toyotomi kemudian mengambil kekuasaan dan wewenang Nobunaga untuk dirinya sendiri.
Pertempuran Sekigahara
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR