Namun, bagi orang Mesir Kuno, budak terutama digunakan untuk pekerjaan manual, seperti membangun bangunan monumental atau bekerja di bidang pertanian.
Sebaliknya, tentara adalah para profesional terlatih yang tidak cocok untuk jenis pekerjaan ini.
Oleh karena itu, memotong tangan tentara musuh secara efektif membuat mereka tidak dapat berperang lagi, menjadikan mereka tidak berguna sebagai musuh potensial dan mengurangi beban merawat mereka sebagai tawanan perang.
Kedua, pemotongan tangan juga mempunyai makna simbolis. Orang Mesir kuno percaya bahwa firaun dan dewa mereka memiliki kekuatan untuk mengendalikan serta memanipulasi unsur-unsur alam, musuh-musuh mereka adalah agen kekacauan.
Memotong tangan musuh yang kalah merupakan cara simbolis menghilangkan kemampuan mereka dalam menciptakan kekacauan dan mengganggu tatanan alam.
Hal ini juga berfungsi sebagai peringatan bagi musuh potensial lainnya, menunjukkan kekuatan dan kekejaman orang Mesir Kuno.
Memotong tangan musuh yang dikalahkan berfungsi sebagai tindakan simbolis dominasi dan penghinaan, memperkuat kekuasaan firaun dan supremasi Mesir Kuno atas musuh-musuhnya.
Hal ini mengirimkan pesan yang jelas bahwa mereka yang menentang pemerintahan firaun akan menghadapi konsekuensi brutal dan menjadi peringatan bagi musuh potensial lainnya.
Selain itu, praktik memotong tangan musuh yang kalah mungkin mempunyai tujuan praktis. Misalnya, dalam peperangan zaman dahulu, pemanah dan pengumban sangat efektif dalam menimbulkan kerusakan pada musuh.
Dengan memotong tangan mereka, orang Mesir Kuno mungkin berusaha melumpuhkan orang-orang ini dan mengurangi efektivitas musuh-musuh mereka dalam pertempuran di masa depan.
Praktek memotong tangan tidak hanya terjadi pada bangsa Mesir Kuno saja, hal ini juga dilakukan oleh kebudayaan kuno lainnya, seperti bangsa Asiria dan Persia.
Namun, mungkin orang Mesir Kunolah yang paling terkenal dengan praktik ini, karena kekayaan catatan seni dan tulisan mereka yang bertahan hingga hari ini.
Meskipun praktik potong tangan mungkin tampak biadab bagi kita saat ini, penting untuk diingat bahwa budaya kuno memiliki keyakinan dan nilai yang berbeda.
Bangsa Mesir Kuno memandang diri mereka sebagai pembela ketertiban dan stabilitas. Oleh karena itu, memotong tangan musuh yang kalah dalam sejarah Mesir kuno adalah salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR