Nationalgeographic.co.id—Sejarah Mesir Kuno sangat terkenal dalam bidang arsitektur, seni, dan teknologi, namun kehebatan dan taktik militer mereka sering diabaikan.
Di antara taktik tersebut adalah praktik memotong tangan musuh yang kalah setelah pertempuran. Lalu, mengapa bangsa Mesir kuno melakukan hal tersebut?
Meskipun hal ini mungkin tampak seperti praktik yang mengerikan dan biadab bagi kita saat ini, hal ini merupakan praktik umum dalam peperangan kuno dan mengungkapkan banyak hal tentang nilai-nilai dan kepercayaan orang Mesir Kuno.
Pentingnya peperangan bagi Mesir
Negara Mesir Kuno adalah negara adidaya militer yang memproyeksikan kekuatannya melalui peperangan, penaklukan, dan ekspansi.
Para firaun Mesir Kuno merupakan salah satu penguasa terkuat pada masanya, dan mereka menggunakan kekuatan militer mereka untuk memperluas pengaruh dan kendali mereka atas wilayah-wilayah tetangga.
Bangsa Mesir Kuno dikenal karena taktik, senjata, dan teknologi militernya yang inovatif, termasuk pengembangan kereta, busur, dan anak panah, serta penggunaan hieroglif untuk berkomunikasi selama pertempuran.
Mereka juga memiliki militer yang terlatih dan terorganisir, terdiri dari tentara profesional yang dilatih sejak usia muda dalam seni perang dalam sejarah Mesir kuno.
Melalui serangkaian kampanye militer yang sukses, bangsa Mesir Kuno mampu memperluas kerajaan mereka dan menguasai wilayah luas yang membentang di Mesir modern, Sudan, dan Levant.
Apa yang memotivasi para firaun Mesir kuno untuk berperang?
Firaun Mesir Kuno terlibat dalam perang ekspansi karena berbagai alasan, termasuk keuntungan ekonomi, perolehan sumber daya, kekuatan politik, dan ideologi agama.
Salah satu motivasi utama ekspansi adalah keinginan untuk menguasai dan memperoleh sumber daya berharga seperti emas, perak, tembaga, dan batu mulia.
Sumber daya ini digunakan untuk mendanai proyek pembangunan ambisius, mendukung militer, dan meningkatkan prestise firaun.
Selain itu, wilayah baru memberikan akses terhadap tanah subur dan sumber air, yang penting untuk pertanian dan mempertahankan pertumbuhan populasi.
Kekuasaan politik merupakan faktor penting lainnya yang mendorong firaun terlibat dalam perang ekspansi. Penaklukan wilayah baru memungkinkan mereka memperluas pengaruh dan kendali atas wilayah tetangga, membangun jalur perdagangan baru, dan mengamankan lokasi strategis yang penting.
Hal ini, pada gilirannya, meningkatkan reputasi dan otoritas mereka di mata rakyatnya, serta kedudukan mereka di antara para penguasa dan kerajaan lain.
Selain itu, ideologi agama juga memainkan peran penting dalam keputusan firaun untuk terlibat dalam perang ekspansi. Firaun dianggap sebagai penguasa ilahi, ditunjuk oleh para dewa untuk menjaga ketertiban dan stabilitas dunia.
Oleh karena itu, penaklukan wilayah baru dipandang sebagai cara menyebarkan pengaruh para dewa dan melegitimasi pemerintahan firaun. Dalam beberapa kasus, firaun bahkan menggambarkan dirinya sebagai pejuang ilahi, yang diutus oleh para dewa untuk mengalahkan musuh-musuh mereka dan membangun supremasi mereka.
Terdapat bukti baik dari sumber arkeologi maupun tertulis yang menunjukkan bahwa orang Mesir Kuno melakukan praktik memotong tangan musuh mereka setelah pertempuran.
Bukti arkeologis antara lain ditemukannya kuburan massal yang berisi sisa-sisa tubuh yang dimutilasi, termasuk yang tangannya hilang.
Bukti tertulis juga terdapat dalam bentuk hieroglif dan prasasti, yang sering kali menggambarkan kampanye dan kemenangan militer. Prasasti ini kadang-kadang menyebut koleksi tangan sebagai rampasan perang.
Mengapa mereka melakukan ini?
Salah satu praktik peperangan kuno yang paling mengerikan adalah praktik memotong tangan musuh yang kalah dalam sejarah Mesir kuno. Alasan di balik praktik ini tidak sepenuhnya jelas, namun diyakini memiliki makna praktis dan simbolis.
Pertama, penting untuk dipahami bahwa dalam peperangan kuno, menangkap dan memperbudak tentara musuh adalah praktik yang umum.
Namun, bagi orang Mesir Kuno, budak terutama digunakan untuk pekerjaan manual, seperti membangun bangunan monumental atau bekerja di bidang pertanian.
Sebaliknya, tentara adalah para profesional terlatih yang tidak cocok untuk jenis pekerjaan ini.
Oleh karena itu, memotong tangan tentara musuh secara efektif membuat mereka tidak dapat berperang lagi, menjadikan mereka tidak berguna sebagai musuh potensial dan mengurangi beban merawat mereka sebagai tawanan perang.
Kedua, pemotongan tangan juga mempunyai makna simbolis. Orang Mesir kuno percaya bahwa firaun dan dewa mereka memiliki kekuatan untuk mengendalikan serta memanipulasi unsur-unsur alam, musuh-musuh mereka adalah agen kekacauan.
Memotong tangan musuh yang kalah merupakan cara simbolis menghilangkan kemampuan mereka dalam menciptakan kekacauan dan mengganggu tatanan alam.
Hal ini juga berfungsi sebagai peringatan bagi musuh potensial lainnya, menunjukkan kekuatan dan kekejaman orang Mesir Kuno.
Memotong tangan musuh yang dikalahkan berfungsi sebagai tindakan simbolis dominasi dan penghinaan, memperkuat kekuasaan firaun dan supremasi Mesir Kuno atas musuh-musuhnya.
Hal ini mengirimkan pesan yang jelas bahwa mereka yang menentang pemerintahan firaun akan menghadapi konsekuensi brutal dan menjadi peringatan bagi musuh potensial lainnya.
Selain itu, praktik memotong tangan musuh yang kalah mungkin mempunyai tujuan praktis. Misalnya, dalam peperangan zaman dahulu, pemanah dan pengumban sangat efektif dalam menimbulkan kerusakan pada musuh.
Dengan memotong tangan mereka, orang Mesir Kuno mungkin berusaha melumpuhkan orang-orang ini dan mengurangi efektivitas musuh-musuh mereka dalam pertempuran di masa depan.
Praktek memotong tangan tidak hanya terjadi pada bangsa Mesir Kuno saja, hal ini juga dilakukan oleh kebudayaan kuno lainnya, seperti bangsa Asiria dan Persia.
Namun, mungkin orang Mesir Kunolah yang paling terkenal dengan praktik ini, karena kekayaan catatan seni dan tulisan mereka yang bertahan hingga hari ini.
Meskipun praktik potong tangan mungkin tampak biadab bagi kita saat ini, penting untuk diingat bahwa budaya kuno memiliki keyakinan dan nilai yang berbeda.
Bangsa Mesir Kuno memandang diri mereka sebagai pembela ketertiban dan stabilitas. Oleh karena itu, memotong tangan musuh yang kalah dalam sejarah Mesir kuno adalah salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR