Sumber daya ini digunakan untuk mendanai proyek pembangunan ambisius, mendukung militer, dan meningkatkan prestise firaun.
Selain itu, wilayah baru memberikan akses terhadap tanah subur dan sumber air, yang penting untuk pertanian dan mempertahankan pertumbuhan populasi.
Kekuasaan politik merupakan faktor penting lainnya yang mendorong firaun terlibat dalam perang ekspansi. Penaklukan wilayah baru memungkinkan mereka memperluas pengaruh dan kendali atas wilayah tetangga, membangun jalur perdagangan baru, dan mengamankan lokasi strategis yang penting.
Hal ini, pada gilirannya, meningkatkan reputasi dan otoritas mereka di mata rakyatnya, serta kedudukan mereka di antara para penguasa dan kerajaan lain.
Selain itu, ideologi agama juga memainkan peran penting dalam keputusan firaun untuk terlibat dalam perang ekspansi. Firaun dianggap sebagai penguasa ilahi, ditunjuk oleh para dewa untuk menjaga ketertiban dan stabilitas dunia.
Oleh karena itu, penaklukan wilayah baru dipandang sebagai cara menyebarkan pengaruh para dewa dan melegitimasi pemerintahan firaun. Dalam beberapa kasus, firaun bahkan menggambarkan dirinya sebagai pejuang ilahi, yang diutus oleh para dewa untuk mengalahkan musuh-musuh mereka dan membangun supremasi mereka.
Terdapat bukti baik dari sumber arkeologi maupun tertulis yang menunjukkan bahwa orang Mesir Kuno melakukan praktik memotong tangan musuh mereka setelah pertempuran.
Bukti arkeologis antara lain ditemukannya kuburan massal yang berisi sisa-sisa tubuh yang dimutilasi, termasuk yang tangannya hilang.
Bukti tertulis juga terdapat dalam bentuk hieroglif dan prasasti, yang sering kali menggambarkan kampanye dan kemenangan militer. Prasasti ini kadang-kadang menyebut koleksi tangan sebagai rampasan perang.
Mengapa mereka melakukan ini?
Salah satu praktik peperangan kuno yang paling mengerikan adalah praktik memotong tangan musuh yang kalah dalam sejarah Mesir kuno. Alasan di balik praktik ini tidak sepenuhnya jelas, namun diyakini memiliki makna praktis dan simbolis.
Pertama, penting untuk dipahami bahwa dalam peperangan kuno, menangkap dan memperbudak tentara musuh adalah praktik yang umum.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR