Nationalgeographic.co.id—Nefertari, istri Ramses II memegang posisi unik dalam catatan sejarah Mesir kuno. Kehidupan dan warisannya memberikan gambaran sekilas tentang struktur sosial, politik, dan budaya yang kompleks pada periode Kerajaan Baru dalam sejarah Mesir kuno.
Sebagai istri utama salah satu firaun paling berkuasa dan terkenal dalam sejarah Mesir kuno, Nefertari memainkan peran penting dalam mempererat hubungan diplomatik dan membentuk lanskap seni dan keagamaan kerajaan.
Nefertari hidup pada masa Dinasti ke-19 Kerajaan Baru sekitar 1292-1189 SM, masa ketika Mesir kuno berada pada puncak kekuasaan dan kemakmurannya.
Ia menikah dengan Ramses II, salah satu firaun paling terkenal dan berkuasa dalam sejarah Mesir, yang memerintah selama 66 tahun dari tahun 1279 hingga 1213 SM.
Meskipun garis keturunan pasti Nefertari masih belum diketahui secara pasti, diyakini secara luas bahwa ia adalah seorang bangsawan, mungkin anggota keluarga kerajaan atau bangsawan berpangkat tinggi.
Selama periode Kerajaan Baru, pengaruh politik dan budaya Mesir berkembang secara signifikan, dan seni serta arsitekturnya berkembang pesat.
Di bawah pemerintahan Ramses II, monumen kolosal seperti Abu Simbel dan Ramesseum dibangun, dan kekaisaran memperluas perbatasannya, mengkonsolidasikan kendali atas wilayah di Nubia, Kanaan, dan Suriah.
Pernikahan dengan Ramses II
Nefertari menyandang gelar terhormat Istri Kerajaan Agung, menjadikannya istri utama Ramses II. Dalam sejarah Mesir kuno, pernikahan tidak hanya merupakan persatuan pribadi, namun juga memainkan peran penting dalam politik dan diplomasi.
Dengan menikahi Nefertari, Ramses II memperkuat posisinya sebagai firaun, memastikan kesetiaan dan dukungannya dalam memerintah kerajaan.
Ramses II diketahui memiliki banyak istri, seperti yang biasa terjadi pada para firaun. Namun, Nefertari adalah yang paling menonjol di antara mereka.
Nefertari dan Ramses II mempunyai enam anak, termasuk empat putra (Amun-her-khepeshef, Pareherwenemef, Meryatum, dan Meryre) dan dua putri (Meritamen dan Henuttawy).
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR