Kanopi kekaisaran
Pada zaman kuno, ketika kaisar atau pejabat tinggi melakukan perjalanan, para pelayan akan berjalan di samping keretanya. Pelayan akan memegang kanopi besar untuk melindungi kaisar atau pejabat. Kanopi tersebut diciptakan untuk melindungi kaisar dari sinar matahari.
Apakah hal itu menandakan bahwa Kaisar Tiongkok khawatir bila kulitnya tidak putih? Sebaliknya, orang-orang zaman dahulu percaya bahwa kaisar begitu agung sehingga matahari tidak boleh menyinari dirinya secara langsung.
Cui Bao dalam Annotation to Past and Present menyebutkan bahwa kanopi diciptakan oleh Kaisar Kuning. Ia adalah nenek moyang mitos masyarakat Tiongkok.
Dikatakan bahwa ketika Kaisar Kuning bertarung melawan saingannya Chiyou, selalu ada awan berwarna-warni yang membentuk pola indah di atas kepalanya. Setelah pertempuran, Kaisar Kuning membuat kanopi yang menyerupai awan. “Pasalnya, ia meyakini jika awan melambangkan keberuntungan,” tambah Jiahui.
Lambat laun, kanopi atau huagai menjadi simbol kekuasaan Kekaisaran Tiongkok dan memiliki beragam makna. Ada yang mengatakan itu menandakan bahwa penguasa akan melindungi semua orang di bawah langit.
Di era Dinasti Qing, jika seorang pejabat daerah akan meninggalkan jabatannya, masyarakat setempat akan mengiriminya kanopi dengan banyak potongan sutra yang digantung. Hal itu sebagai ungkapan rasa hormat mereka.
Arsitektur yang menghalangi sinar matahari
Arsitektur tradisional Tiongkok sering kali memiliki atap menjorok, yang dikenal sebagai tiaoyan. Atapnya efektif menghalangi sinar matahari, sehingga orang yang berada di dalamnya tidak terkena sinar matahari secara langsung.
Jendela-jendelanya juga dirancang khusus. Khususnya pada Dinasti Ming dan Qing, ada jenis jendela yang dapat disangga dan ditutup. Jendela jenis itu disebut zhizhaichuang. Jendela yang dibuka dengan tongkat akan membentuk sudut yang melindungi rumah dari terik sinar matahari.
Orang-orang kaya di Kekaisaran Tiongkok juga kerap menanam tanaman seperti bambu atau pisang di pekarangan rumah. Daunnya yang besar menciptakan keteduhan. Jika mereka tidak bisa menanam tanaman, beberapa orang membangun tenda dan rumah musim panas di luar ruangan.
Selain untuk berteduh, orang-orang di Kekaisaran Tiongkok membangun kanopi di taman dan mengadakan pesta di sana.
Kulit putih menjadi simbol status di Kekaisaran Tiongkok. Memiliki kulit putih menunjukkan bahwa seseorang tidak pernah bekerja di bawah terik matahari. Bisa jadi, bekerja di bawah terik matahari dianggap sebagai pekerjaan kasar atau pekerjaan kelas bawah. Oleh karena itu, setiap orang di masa lalu berlomba-lomba untuk menjaga kulitnya dari sengatan sinar matahari.
Sustainability: Kerap jadi Limbah, Kulit Buah Kakao Ternyata Bisa Hasilkan Antioksidan
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR