Lahan puing-puing merupakan lingkungan yang tidak bersahabat bagi pemulihan ekosistem karang, karena substrat yang sangat tidak stabil menyebabkan koloni karang muda mudah terbalik, terkikis, atau terkubur.
"Oleh karena itu, meskipun lokasi ladang batu memiliki persediaan larva karang yang baik dan kualitas air yang baik, sering kali tidak menunjukkan tanda-tanda pemulihan ekosistem alami," tulis tim peneliti.
Walaupun lahan puing-puing terbentuk akibat serangkaian proses degradasi di seluruh dunia, permasalahan ini sangat akut di Indonesia.
Hal itu karena maraknya penangkapan ikan dengan bahan peledak. Metode itu disebut sebagai penangkapan ikan dengan bom atau dinamit.
Banyak puing-puing yang tercipta akibat penangkapan ikan dengan bahan peledak. Banyak terumbu karang yang belum pulih bahkan beberapa dekade kemudian.
Restorasi terumbu karang
Terumbu karang di wilayah pesisir Indonesia termasuk yang paling kaya akan spesies dunia, tetapi juga menghadapi tekanan antropogenik lokal yang sangat tinggi.
Jika digabungkan dengan mitigasi, ancaman restorasi terumbu karang kemungkinan besar akan memainkan peran penting dalam pengelolaan ekosistem yang sangat beragam dan terancam ini.
"Kerangka kebijakan Indonesia mendorong tingginya keberagaman partisipasi dalam kegiatan restorasi, dengan rendahnya tingkat regulasi terpusat dibandingkan negara lain," menurut para peneliti.
"Hal ini menyebabkan beragamnya keterlibatan dalam sejumlah besar proyek restorasi di seluruh negeri, yang diselenggarakan oleh sekelompok praktisi multi-sektor dengan menggunakan berbagai metode dan bahan."
Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media bersama Saya Pilih Bumi, Sisir Pesisir dengan media National Geographic Indonesia, Initisari, Infokomputer, dan GridOto.
Source | : | Marine Policy |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR