Nationalgeographic.co.id - Dalam sejarah peperangan, para pejuang dari berbagai kebudayaan terkenal karena kepiawaiannya dalam menggunakan busur dan anak panah. Salah satu yang paling dikenal akan kepiawaiannya adalah para pemanah Kekaisaran Persia Akhemeniyah.
Di Timur Dekat kuno, memanah menjadi cara utama meluncurkan proyektil tajam, menggantikan lemparan tombak. Namun, sejarah memanah mungkin berasal jauh di selatan selama periode Paleolitikum Atas.
Di Afrika Selatan, potongan batu berusia 64.000 tahun dianggap sebagai kepala anak panah ditemukan oleh para arkeolog. “Penemuan itu diyakini sebagai bukti paling awal penggunaan busur dan anak panah,” tulis Wu Mingren di laman Ancient Origins.
Selain berburu binatang, manusia juga menggunakan busur dan anak panah untuk tujuan yang lebih merusak, yaitu peperangan. Seperti yang dilakukan oleh Kekaisaran Persia Akhemeniyah.
Kekaisaran Persia Akhemeniyah merupakan salah satu kekaisaran terbesar di dunia kuno. Di puncak kejayaannya, kekaisaran ini terus memperluas wilayahnya. Perluasan wilayah ini didukung oleh pasukan yang kuat, salah satunya adalah pemanah.
Busur komposit yang kuat milik Kekaisaran Persia Akhemeniyah
Busur yang digunakan oleh para pemanah Kekaisaran Persia Akhemeniyah dikenal sebagai busur komposit. “Konon senjata ini dikembangkan oleh pengembara Asia Tengah pada milenium ke-2 Sebelum Masehi,” tambah Mingren.
Badan busur ini dibuat dari tanduk dan kayu yang dilaminasi menggunakan resin hewani. Saat resin mengering, ikatan akan terbentuk antara tanduk dan kayu. Kemudian akan memberikan kekuatan yang cukup pada badan busur untuk menahan tekanan besar yang diberikan padanya saat busur ditarik.
Untuk memberikan daya lontar pada busur, otot dari tendon hewan kemudian dilaminasi pada bagian luar busur. Ada spekulasi bahwa pembuatan busur komposit mungkin memerlukan waktu hingga 18 bulan. Produk akhirnya adalah senjata yang sangat kuat yang menjadi andalan pemanah Kekaisaran Persia Akhemeniyah di medan perang.
Pemanah Kekaisaran Persia Akhemeniyah dilatih sejak kecil
Selain senjata mematikan tersebut, penduduk Kekaisaran Persia Akhemeniyah dilatih memanah sejak usia sangat muda. Mengenai pendidikan anak laki-laki Persia, Herodotus, mengatakan sebagai berikut:
“Anak laki-laki mereka dididik sejak berumur 5 tahun sampai berumur 20 tahun. Mereka hanya mempelajari tiga hal: menunggang kuda, memanah, dan kejujuran.”
Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa memanah merupakan salah satu keterampilan yang paling dihargai oleh bangsa Persia. Terutama di masa Kekaisaran Persia Akhemeniyah.
Pemanah ulung menjadi bagian penting dari pasukan Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Selama pertempuran, para pemanah adalah salah satu garis serangan pertama mereka. Pemanah akan berbaris dan berlindung di belakang pembawa perisai. Mereka kemudian melepaskan tembakan demi tembakan panah ke arah musuh.
Pemanah Kekaisaran Persia Akhemeniyah di medan perang
Kekaisaran Persia Akhemeniyah merupakan gabungan berbagai kerajaan, suku, dan masyarakat. Di medan perang, pemanah digunakan untuk memecah formasi musuh. Sementara kavaleri massal bermanuver untuk menyerang sisi sayap dan mencoba mengepung.
Sebuah anekdot yang diberikan oleh Herodotus tentang Pertempuran Thermopylae menggambarkan hal ini:
“Sebelum pertempuran dimulai, mereka mengatakan bahwa seseorang dari Trachis memperingatkan Dianeces berapa banyak orang Persia di sana. Ia mengatakan bahwa ketika mereka tentara Persia menembakkan busur, mereka menyembunyikan matahari dengan banyak anak panah. Dianeces, begitu ceritanya, meremehkan jumlah tentara Persia. Dia dengan tenang menjawab, 'Baik-baik saja, temanku dari Trachis. Jika Persia menyembunyikan matahari, pertempuran akan dilakukan di tempat teduh, bukan di bawah sinar matahari.’”
Gambaran ini menunjukkan bahwa para pemanah Kekaisaran Persia Akhemeniyah menembak dari jarak jauh dengan lintasan yang tinggi. Terlepas dari volume proyektil mereka, para pemanah ini tampaknya tidak banyak berpengaruh pada pertahanan Sparta. Hal ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa Sparta mempunyai lapis baja yang berat.
Pengujian modern menunjukkan bahwa anak panah yang dilepaskan dari busur komposit dapat menembus beberapa lapis pertahanan pada jarak hingga 180 meter. Namun tentara Kekaisaran Persia Akhemeniyah menggunakan anak panah yang ringan. Senjata itu mungkin tidak memiliki kekuatan yang diperlukan untuk menembus perisai atau lapisan pertahanan Sparta.
Selain itu, pasukan Sparta, yang sangat terlatih dan disiplin, mampu mempertahankan formasi stasioner yang ketat. Formasi itu memungkinkan mereka menahan tembakan panah tentara Kekaisaran Persia Akhemeniyah pada Pertempuran Thermopylae.
Selain itu, dengan menembakkan panahnya dari jarak jauh, tentara Persia mengurangi efektivitas senjata mereka. Namun demikian, pertempuran tersebut berakhir dengan kekalahan bagi Yunani, yang kalah jumlah dengan invasi Persia di bawah Raja Xerxes.
Namun di Pertempuran Plataea, pemanah Persia justru harus menghadapi kekalahan saat melawan Sparta.
Terlepas dari efektivitas pemanah mereka, Pertempuran Plataea akhirnya dimenangkan oleh Yunani kuno. Selain itu, sejarah menunjukkan bahwa pada akhirnya, Kekaisaran Persia Akhemeniyah tidak dapat menambahkan daratan Yunani ke dalam kekaisaran mereka.
Source | : | Ancient Pages |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR