Nationalgeographic.co.id—Mitologi Yunani seringkali menyertakan representasi ketakutan terhadap wanita, dan yang paling menakutkan adalah Gorgon Medusa. Ia adalah tokoh dalam mitologi Yunani yang paling menakutkan, perwujudan wanita cantik dengan rambut ular.
Sosok Medusa adalah gagasan menakutkan yang menunjukkan ketakutan laki-laki terhadap kekuatan perempuan. Itu juga menunjukkan kebutuhan mereka untuk mengendalikan atau bahkan menghancurkan kekuatan tersebut.
Μέδουσα (seperti 'Medusa' dieja dalam bahasa Yunani), yang berarti "penjaga, pelindung," yang juga disebut sebagai Gorgon. Seperti monster Scylla dan Charybdis, serta Sphinx, Medusa, sang “Gorgon”, lahir dari para dewa.
Medusa adalah salah satu dari tiga Gorgon yang mengerikan, umumnya digambarkan sebagai manusia betina bersayap dengan ular berbisa hidup sebagai pengganti rambut. Mereka yang menatap matanya akan berubah menjadi batu.
Sebagian besar sumber menggambarkannya sebagai putri Phorcys dan Ceto meskipun penulis Hyginus menyebutnya sebagai putri Gorgon dan Ceto.
Medusa dipenggal oleh pahlawan mitologi Yunani Perseus, yang kemudian menggunakan kepalanya yang mempertahankan kemampuannya untuk mengubah penonton menjadi batu.
Ia melakukan itu sebagai seperti senjata sampai dia mengembalikannya ke dewi Athena untuk ditempatkan di perisainya.
Pada zaman klasik, gambar kepala Medusa muncul dalam alat pencegah kejahatan yang dikenal sebagai “Gorgoneion”.
Di mitologi Yunani, Gorgoneion adalah jimat apotropaik khusus yang menggambarkan kepala Gorgon yang paling terkenal. Itu digunakan oleh dewa Olympian Athena dan Zeus yang keduanya konon memakainya sebagai jimat dan sering digambarkan memakainya.
Hal ini membuktikan keturunan mereka dari dewa-dewa sebelumnya yang dianggap tetap berkuasa. Di antara atribut-atribut lainnya, hal itu dianggap oleh para penguasa zaman Helenistik sebagai perlindungan kerajaan.
Atribut itu menyiratkan kelahiran atau perlindungan oleh dewa. Misalnya, hal ini ditunjukkan pada Alexander Mosaik dan Gonzaga Cameo.
Menurut Hesiod dan Aeschylus, Medusa hidup dan mati di sebuah pulau bernama Sarpedon, di suatu tempat dekat Cisthene.
Novelis abad ke-2 SM, Dionysios Skytobrachion, menempatkannya di suatu tempat di Libya, tempat Herodotus mengatakan bahwa orang Berber menciptakan cerita dan gambarnya sebagai bagian dari agama mereka.
Tentu saja, bangsa Romawi juga mengadopsi Medusa sebagai bagian dari mitologi mereka.
Dalam karya Ovid, Metamorphoses, dari abad pertama Masehi, sosok Medusa digambarkan sebagai Gorgon menakutkan. Ia memiliki rambut yang seperti ular dan dapat mengubah siapa pun yang melihatnya menjadi batu.
Menariknya, seperti Sphinx, Scylla, dan Charybdis dalam mitologi Yunani, Medusa akhirnya bertemu penciptanya di tangan seorang pahlawan laki-laki.
Tampaknya menimbulkan pertanyaan mengapa semua monster perempuan dalam mitologi Yunani dibunuh oleh laki-laki.
Perseus entah bagaimana berhasil menaklukkan Medusa hanya dengan bantuan beberapa alat ajaib. Ia menggunakan sandal bersayap dari Hermes, topi tembus pandang dari Hades (dewa dunia bawah) dan perisai seperti cermin milik Athena, dewi kebijaksanaan dan perang.
Beberapa orang percaya bahwa semua Gorgon, trio betina bersayap dengan rambut ular berbisa, adalah keturunan Gaia, personifikasi Bumi itu sendiri. Siapa pun yang melihat langsung sosok wanita kuat ini akan berubah menjadi batu.
Medusa mungkin mencerminkan ketakutan yang dimiliki laki-laki, dan sejujurnya masih sering terjadi atau terjebak dalam suatu hubungan karena ketertarikan perempuan yang tak tertahankan.
Medusa digambarkan sebagai sosok yang tampak cantik dan sangat jelek. Namun, dari ketiganya, Medusa adalah satu-satunya Gorgon yang fana.
Dalam versi penyair Romawi Ovid, Medusa dulunya adalah seorang gadis cantik. Namun, setelah Poseidon, dewa laut memperkosanya di kuil Athena, sang dewi berusaha membalas dendam atas tindakan pencemaran nama baik yang keji.
Menurut penyair laki-laki tersebut, dalam tindakan kekejaman yang tidak dapat dijelaskan, dewi Athena sendiri mengubah korban Poseidon menjadi monster yang mengerikan.
Menariknya, para ahli mencatat bahwa seiring berjalannya waktu, penggambaran Medusa telah berubah secara drastis. Secara khusus, semakin banyak fitur wanita yang ditampilkan seiring berjalannya waktu.
Kiki Karaglou, kurator pameran Met “Dangerous Beauty: Medusa in Classical Art,” mengatakan dalam sebuah wawancara pada tahun 2018, bahwa patung monster dari periode Yunani kuno dari 700 hingga 480 SM sebagian besar adalah tokoh berkelamin dua.
Itu semua jelas dirancang berwujud jelek dan mengancam. Mereka menampilkan janggut, gading, dan seringai. Dalam pertunjukan Metropolitan Museum of Art, Karaglou menghadirkan lebih dari 60 penggambaran wajah Medusa sepanjang sejarah.
Karaglou menulis dalam esainya tahun 2018 yang diterbitkan bersamaan dengan pameran bahwa penggambaran Gorgon Medusa menjadi semakin indah seiring berjalannya waktu.
“Kecantikan, seperti keburukan, pesona, dan kecantikan wanita pada khususnya dianggap dan, sampai batas tertentu, masih dianggap menarik sekaligus berbahaya, atau bahkan fatal,” katanya.
Kiasan perempuan yang menggoda dan membahayakan laki-laki semakin terlihat seiring berjalannya waktu. Sosok itu mencerminkan kiasan wanita penggoda jahat yang masih abadi hingga saat ini.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR