Nationalgeographic.co.id—Semua wanita yang tinggal di Kota Terlarang Kekaisaran Tiongkok diasingkan. Mereka diisolasi dengan hati-hati di lingkungan kekaisaran jauh di dalam istana.
Mereka dibatasi di pelataran dalam dan dilarang keluar dari bagian utara. Sebagian besar wanita di Kota Terlarang dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga, tetapi ada juga sekelompok selir terpilih yang bertugas melahirkan anak bagi kaisar.
Marcelo Duhalde menulis di South China Morning Post bahwa selir yang melahirkan keturunan laki-laki diangkat menjadi permaisuri kekaisaran. Bagian pelataran di dalam istana dalam terdiri atas tiga kelompok utama wanita: selir, pelayan istana, dan putri kerajaan
Duhalde merinci bahwa tradisi wanita dipilih sebagai xiunu (wanita anggun) untuk istana sudah ada sejak Dinasti Jin (265-420 M) dan kriteria seleksi beragam dari kaisar ke kaisar.
"Pada masa Dinasti Ming, misalnya, tidak ada rumah tangga yang dikecualikan dari seleksi. Menurut undang-undang, semua perempuan muda yang belum menikah harus melalui proses seleksi xiunu," tulis Duhalde.
Hanya anak perempuan yang sudah menikah atau mempunyai cacat fisik atau cacat yang tersertifikasi yang dikecualikan.
Namun Kaisar Qing Shunzhi (1638-1661) mulai mengecualikan sebagian besar penduduk Han dengan membatasi seleksi pada keluarga "Delapan Panji", yang sebagian besar adalah suku Manchuria dan Mongolia.
Siasat atau cara Kekaisaran Tiongkok memilih perempuan untuk dijadikan selir adalah melalui Dewan Pendapatan (Board of Revenue). Dewan Pendapatan mengirimkan pemberitahuan kepada pejabat di ibu kota dan garnisun provinsi untuk meminta bantuan kepala marga.
Petugas panji kemudian menyerahkan daftar semua perempuan yang ada ke markas komandan di Beijing dan ke Dewan Pendapatan. Dewan Pendapatan kemudian menetapkan tanggal pemilihan.
Persyaratan Seleksi
Selama Dinasti Qing, gadis-gadis dibawa pada hari yang ditentukan ke Gerbang Shenwu (Roh Bela Diri) Kota Terlarang untuk diperiksa. Mereka akan didampingi oleh orang tuanya, atau kerabat terdekatnya, beserta kepala marga dan pejabat setempat.
Source | : | South China Morning Post |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR