Nationalgeographic.co.id—Sejarah Abad Pertengahan dimulai sekira dari abad ke-5 hingga abad ke-15, periode yang sering disebut sebagai Zaman Kegelapan (Dark Age). Garis waktunya di antara jatuhnya Kekaisaran Romawi dan periode Renaisans, lebih dari 900 tahun.
Pada periode ini, masyarakat Eropa hidup dalam periode kelam ilmu pengetahuan, tenggelam dalam ketidaktahuan. Kehidupan bermasyarakat yang terbelakang, banyak takhayul dan mitos, penindasan sosial, buta huruf dan pelecehan seksual.
Namun demikian, istilah Zaman Kegelapan cenderung dianggap sebagian ahli tidak baik digunakan. Hal itu seakan meniadakan perkembangan masyarakat Eropa saat itu, sehingga mereka memilih mengabaikannya.
Mengapa disebut Zaman Kegelapan?
Francesco Petrarca (dikenal sebagai Petrarch) adalah orang pertama yang menciptakan istilah 'Zaman Kegelapan'. Dia adalah seorang ilmuwan Italia abad ke-14 yang populer.
Dia menyebutnya 'Zaman Kegelapan' karena dia kecewa dengan kurangnya literatur yang bagus pada saat itu. Padahal, era klasik kaya dengan kemajuan budaya yang nyata.
Peradaban Romawi dan Yunani telah memberikan kontribusi kepada dunia dalam bidang seni, ilmu pengetahuan, filsafat, arsitektur, dan sistem politik.
Namun sejarah Abad Pertengahan yang disebut Zaman Kegelapan ini, seakan menghentikan peradaban dan tidak ada kemajuan.
Bahkan masyarakat Eropa jatuh dalam kebodohan dan tatanan sosial yang rusak, penuh dengan mitos dan takhayul hingga penindasan dan pelecehan seksual.
Meski memang benar, juga terdapat aspek-aspek dalam masyarakat dan budaya Romawi dan Yunani yang sangat buruk. Seperti misalnya pertempuran gladiator dan perbudakan.
Namun setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi dan penarikan diri dari kekuasaan, sejarah Abad Pertengahan digambarkan dengan Eropa telah mengambil ‘jalan yang salah’.
Setelah Petrarch menggunakan istilah 'Zaman Kegelapan' dalam sastra dan karyanya, para pemikir lain pada masa itu memperluas istilah ini.
Istilah Zaman Kegelapan dalam sejarah Abad Pertengahan kemudian digunakan untuk mencakup anggapan kemunduran budaya secara umum di seluruh Eropa.
Eropa kemudian digambarkan secara luas hidup dalam periode Zaman Kegelapan antara tahun 500 hingga 1500.
Periode waktu itu sebenarnya telah menarik perhatian para sejarawan. Hal itu karena ada tingkat tumpang tindih dalam periode waktu itu, variasi budaya dan regional, serta banyak faktor lainnya.
Periode waktu itu juga sering disebut dengan istilah seperti Abad Pertengahan atau Periode Feodal. Yang terakhir menjadi istilah lain yang sekarang menjadi perdebatan di kalangan Abad Pertengahan.
Belakangan, seiring dengan semakin banyaknya bukti yang terungkap setelah abad ke-18, para ahli mulai membatasi istilah 'Zaman Kegelapan' pada periode antara Abad ke-5 dan ke-10. Periode tersebut kemudian disebut sebagai Abad Pertengahan Awal.
Kemudian untuk periode antara abad ke-11 dan abad ke-13 disebut dengan Abad Pertengahan tengah, sedangkan untuk periode Abad ke-14 dan ke-15 disebut dengan periode Abad Pertengahan Akhir.
Mengabaikan 'Zaman Kegelapan'
Memberi label pada periode sejarah yang besar ini sebagai masa dengan sedikit kemajuan budaya dan masyarakatnya sebagai masyarakat yang terbelakang, mungkin dianggap sedikit berlebihan.
Beberapa ahli menilainya sebagai sebuah generalisasi yang luas dan sering kali dianggap kurang tepat. Bahkan beberapa dari mereka ada yang berpendapat bahwa ‘Zaman Kegelapan’ tidak pernah benar-benar terjadi.
Di masa itu, ditandai dengan meningkatnya aktivitas misionaris Kristen, tampaknya kerajaan-kerajaan dalam sejarah Abad Pertengahan Awal hidup di dunia yang sangat saling berhubungan.
Gereja Inggris mula-mula misalnya sangat bergantung pada para imam dan uskup yang pernah belajar di luar negeri.
Pada akhir abad ke-7, uskup agung Theodore mendirikan sebuah sekolah di Canterbury yang kemudian menjadi pusat pembelajaran ilmiah utama di Anglo-Saxon Inggris.
Theodore sendiri berasal dari Tarsus di Asia Kecil tenggara. Wilayah itu sekarang dikenal dengan Turki tengah-selatan dan pernah belajar di Konstantinopel.
Namun orang-orang tidak hanya bepergian ke Inggris Anglo-Saxon. Pria dan wanita Anglo-Saxon juga menjadi pemandangan umum di daratan Eropa.
Bangsawan dan rakyat jelata sering melakukan ziarah yang berbahaya ke Roma dan bahkan lebih jauh lagi dari itu.
Sebuah catatan bahkan masih ada mengenai para pengamat yang mengeluh tentang sebuah biara di kerajaan Charlemagne. Biara itu dijalankan oleh seorang kepala biara Inggris bernama Alcuin.
"“Ya Tuhan, bebaskan biara ini dari orang-orang Inggris yang datang mengerumuni rekan senegaranya seperti lebah yang kembali ke ratunya," tertulis dalam catatan tersebut.
Penyangkalan Zaman Kegelapan
Beberapa bukti mungkin sering digunakan untuk menyangkal pandangan Petrarch, bahwa Abad Pertengahan adalah Zaman Kegelapan dalam bidang sastra dan pengetahuan.
Menurut sebagian sejarawan, zaman ini adalah masa di mana sastra didorong dan dihargai tinggi, terutama oleh kalangan atas masyarakat dalam sejarah Abad Pertengahan Awal.
Istilah 'Zaman Kegelapan' semakin banyak digunakan pada masa Pencerahan abad ke-18, ketika banyak filsuf merasa dogma agama pada periode Abad Pertengahan tidak cocok dengan 'Zaman Logika' yang baru.
Mereka memandang Abad Pertengahan sebagai Abad yang ‘kelam’ karena kurangnya catatan, dan peran sentral dari agama yang terorganisir. Kondisi tersebut kontras dengan periode yang lebih terang yaitu zaman kuno dan Renaisans.
Selama abad ke-20, beberapa sejarawan menolak istilah tersebut, dengan alasan bahwa terdapat cukup banyak ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang Abad Pertengahan Awal. Sehingga penggunaan istilah itu mungkin tidak cukup tepat.
Namun, istilah ini masih digunakan dalam budaya populer dan sering disebut-sebut. Istilah Zaman Kegelapan juga dianggap tidak lagi relevan dan bersifat merendahkan.
Source | : | History Hit |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR