Nationalgeographic.co.id—Kesejahteraan satwa dalam kebun binatang sering kali memprihatinkan. Lingkungan mereka yang terbatas untuk bergerak lebih luas dan kesulitan untuk bisa berperilaku seperti di alam liar, dapat memicu stres. Stres pada satwa pada akhirnya berdampak buruk dengan usia kematian yang lebih muda daripada semestinya.
Belakangan, para ilmuwan mencari cara untuk merawat mamalia laut yang berada dalam penangkaran. Perawatan ini merupakan upaya meningkatkan kesejahteraan satwa untuk mengurangi kematian lebih dini.
Mamalia laut seperti anjing laut, singa laut, beruang kutub, dan lumba-lumba sangat penting untuk mendapatkan perhatian oleh kalangan ilmuwan. Situasi habitatnya yang berubah dan ancaman perburuan, membuat mereka harus berada di dalam penampungan untuk direhabilitasi.
Oleh karena itu, tempat rehabilitasi dan kebun binatang yang merupakan sarana konservasi, harus memerhatikan kesejahteraan satwa.
Sebuah studi justru mengungkapkan bahwa belakangan praktik perawatan dan pengelolaan satwa di kebun binatang, dalam hal ini mamalia laut, meningkat signifikan dari waktu ke waktu. Penelitian ini diselenggarakan oleh organisasi nirlaba konservasi Species360 dan peneliti University of Southern Denmark Morgane Tidière, bersama berbagai peneliti dan pihak dari seluruh dunia.
Penelitian yang dipublikasikan di Proceedings of the Royal Society B Biological Sciences mengungkapkan bahwa spesies mama laut dapat hidup lebih lama di kebun binatang dan akuarium dibandingkan alam liar. Temuan ini mengungkapkan kemajuan kesejahteraan hewan dalam bidang perawatan.
Makalah tersebut dipublikasikan pada 18 Oktober 2023, bertajuk "Survival improvements of marine mammals in zoological institutions mirror historical advances in human longevity". Studi ini menguji data selama 200 tahun terkait kesejahteraan mamalia laut di tempat lembaga zoologi.
Data yang diambil dari awal tahun 1800-an hingga tahun 2020, memastikan nasib beda generasi dari empat spesies mama laut seperti anjing laut pelabuhan, singa laut california, beruang kutub, dan lumba-lumba hidung botol. Para peneliti melihat peningkatan kondisi perawatan yang diberikan, termasuk konsentrasi progresif individu hewan yang mencapai usia tuanya.
Analisis studi itu juga memasukkan sumber data tambahan untuk populasi di alam liar. Para peneliti memeriksa perbandingan umur kehidupan keempat spesies laut ini dalam kondisi antara di alam liar, kebun binatang, dan akuarium.
“Temuan kami menunjukkan bahwa kemajuan signifikan telah dicapai dalam meningkatkan kesejahteraan mamalia laut di lembaga zoologi, sebagai hasil dari perbaikan praktik pengelolaan di kebun binatang dan akuarium progresif," kata Tidière di Eurekalert.
Temuan ini mengungkapkan bahwa harapan hidup keempat spesies mamalia laut itu meningkat lebih dari tiga kali lipat dibandingkan di alam liar. Kondisinya lebih baik dengan tingkat kematian pada tahun pertama kehidupan (saat masih anak-anak) yang cenderung menurun hingga 31 persen selama satu abad terakhir.
Lebih lanjut, peningkatan harapan hidup yang signifikan dan setaranya umur keempat spesies tersebut terjadi pada 1990-an. Peningkatannya terus bertambah pada masa seterusnya, dan merupakan pencapaian dari kemajuan praktik penerapan kedokteran hewan, lingkungan, nutrisi, dan pengayaan yang canggih, serta sukarelawan hewan dalam pemeriksaan rutin.
"Kebun binatang dan akuarium profesional saat ini tidak dapat dibandingkan dengan kebun binatang 30 tahun yang lalu,” lanjut Tidière.
Temuan ini menjadi catatan untuk peningkatan kesejahteraan hewan, terutama mamalia laut, di kebun binatang dan akuarium di seluruh dunia. Masih banyak tempat zoologi di luar tempat studi yang sangat mungkin memiliki pelayanan kesejahteraan satwa yang minim.
Dalam peningkatan kualitas kesejahteraan satwa di tempat lainnya, para peneliti menyarankan cara yang diterapkan kebun binatang dan akuarium: Pembentukan asosiasi kebun binatang baik di tingkat regional dan nasional, standar akreditasi, program kesejahteraan yang terkoordinasi, basis data bersama, dan jaringan profesional yang mengembangkan pengetahuan dan peningkatan kesejahteraan hewan.
Para peneliti berharap, temuan ini dapat menginspirasi lembaga lainnya di luar kebun binatang dan akuarium profesional. Pihak lainnya dapat memanfaatkan cara yang disarankan sebagai investasi waktu dan sumber daya demi meningkatkan praktik pengelolaan satwanya.
Mereka lebih menekankan, peningkatan kesejahteraan hewan di tempat zoologi harus mempertimbangkan hasil ilmiah dari ilmuwan. Pendekatan dialog dapat mengetahui berbagai langkah tepat bagi kebun binatang dan akuarium untuk meningkatkan kesejahteraan satwa.
Source | : | eurekalert |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR