Nationalgeographic.co.id—Mansa Musa, Kaisar Mali abad ke-14, adalah orang terkaya dalam sejarah dunia. Ia juga dikenal sebagai orang yang dermawan. Selama pemerintahannya, ia memberikan banyak kontribusi untuk Kekaisaran Mali dan rakyatnya.
“Setelah mendengar tentang Mansa Musa, orang mungkin berasumsi bahwa pria ini hanya terlahir dari keluarga kaya atau memiliki semacam keberuntungan dalam memperoleh kekayaannya. Namun, kisah Mansa Musa jauh lebih menarik dari itu,” tulis Carl Seaver, pada laman History Defined.
Mansa Musa lahir sekitar tahun 1280 Masehi di ibukota kekaisaran Niani. Ia dipercaya untuk melayani kaisar di usianya yang tergolong muda. Konon, Musa memiliki hubungan keluarga dengan pendiri Kekaisaran Mali, Sundiata Keita.
Pada suatu waktu, Kaisar Mali Abu-Bakr II, melakukan sebuah pelayaran. Nahas, Abu-Bakr II tak pernah kembali dari perjalanannya, tanpa alasan yang jelas.
Dengan Mali yang saat itu tidak memiliki kaisar, Musa ditugaskan untuk menenangkan rakyat dan memerintah sebagai pengganti Abu-Bakr II. Sebagai hasilnya, Musa mewarisi kerajaan serta semua kekayaan dan kekuasaan yang menyertainya.
Kekayaan Mansa Musa
Mansa Musa sangat kaya raya, bahkan menurut standar saat ini. Dia memiliki kekayaan pribadi sekitar $400 miliar, menjadikannya orang terkaya dalam sejarah.
“Kekayaan tersebut lebih dari dua kali lipat kekayaan Bill Gates dan Jeff Bezos saat ini. Sebagian besar kekayaannya berasal dari tambang emas dan garam kekaisaran yang melimpah,” kata Seaver.
Selain itu, ia mengembangkan kekayaannya melalui usaha pribadi, seperti berdagang dan menjual gading gajah. Mansa Musa diperkirakan telah memiliki setengah dari seluruh emas dunia ketika ia meninggal.
Kekaisaran Mali memiliki beberapa pusat perdagangan paling makmur di Afrika. Kota-kota seperti Timbuktu dan Gao berfungsi sebagai perhentian penting di sepanjang rute perdagangan trans-Sahara.
Kota-kota ini sesak oleh pedagang dari seluruh dunia yang datang untuk membeli dan menjual berbagai barang. Biasanya barang-barang yang dijadikan transaksi adalah emas, garam, budak, kacang Kola, gading, dan rempah-rempah.
Sementara Mansa Musa mempertahankan rute perdagangan dari para perampok, ia menjadi semakin kaya karena dia mengendalikan rute-rute itu sendiri.
“ia memungut pajak dari para pedagang yang menggunakan jalan dan, pada gilirannya, menggunakan uang tersebut untuk membiayai gaya hidupnya yang mewah dan proyek-proyek pekerjaan umum di seluruh Mali,” kata Seaver.
Pada tahun 1324, Mansa Musa memutuskan untuk melakukan ziarah ke Mekah. Ia membawa rombongan yang terdiri dari 60.000 orang dan 12.000 budak dalam perjalanannya.
Sumber-sumber sejarah menyebutkan bahwa para budak pun mengenakan pakaian emas dan sutra Persia. Mereka juga membawa tongkat emas dengan berat sekitar enam kilogram.
Prosesi ini juga membawa sekitar 80 unta yang masing-masing membawa 300 pon emas. Tak perlu diragukan lagi, ziarah ini merupakan pemandangan yang sangat indah.
Mansa Musa memberikan sedekah kepada orang miskin dan membangun masjid di mana pun ia singgah. Ia sangat dermawan dengan kekayaannya, sehingga menyebabkan inflasi meroket di Kairo dan Madinah.
Hal tersebut terjadi karena masuknya emas secara tiba-tiba ke dalam perekonomian mereka. Dokumen sejarah mengatakan bahwa Kairo baru pulih dari kunjungannya 12 tahun kemudian.
Selama ziarahnya ia sangat menghormati keyakinannya, namun Seaver menjelaskan, ia juga menggunakannya sebagai kesempatan untuk memperluas Kekaisaran Mali.
“Ia mengakuisisi wilayah Gao, dan pada akhir masa pemerintahannya, kekaisarannya mencakup wilayah yang sekarang dikenal sebagai Senegal, Gambia, Guinea, Chad, Nigeria, Niger, dan Mauritania,” terang Seaver.
Selama perjalanannya, ia juga memberikan dukungan terhadap para cendikiawan dan seniman. Hal ini membuatnya menjadi salah satu penguasa yang paling terpelajar di Afrika.
Ketika Mansa Musa kembali dari ziarahnya, ia membawa arsitek, tukang batu, dan sarjana dari Kairo serta Madinah. Mereka membantu Timbuktu menjadi kota perdagangan yang makmur dan pusat bagi universitas-universitas Islam utama di Afrika.
Warisan Mansa Musa
Mansa Musa meninggal dunia pada tahun 1337 dalam perjalanan pulang dari Mekah. Meskipun penyebabnya tidak diketahui, diyakini bahwa ia mungkin terjangkit penyakit saat dalam perjalanan.
Meskipun tidak pernah berkunjung, kisah-kisah tentang kekayaannya sampai ke Eropa. Salah satu buktinya adalah Atlas Catalan, yang dibuat pada tahun 1375 oleh kartografer Spanyol, Abraham Cresques.
Ia menggambarkan Mansa musa mengenakan mahkota emas, mencengkeram tongkat emas, dan memegang bongkahan emas yang sangat besar–kemungkinan besar dilebih-lebihkan.
Meskipun Mansa Musa hanya memerintah selama 20 tahun, ia meninggalkan kesan abadi bagi dunia. Ia adalah orang yang sangat kaya raya yang menggunakan kekayaannya untuk memberi manfaat bagi orang lain.
Ia meninggalkan berbagai warisan, seperti budaya, sekolah, maupun masjid. Salah satu masjid yang paling terkenal adalah Masjid Djinguereber di Timbuktu, Mali, yang masih ada hingga saat ini dan merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR