“ia memungut pajak dari para pedagang yang menggunakan jalan dan, pada gilirannya, menggunakan uang tersebut untuk membiayai gaya hidupnya yang mewah dan proyek-proyek pekerjaan umum di seluruh Mali,” kata Seaver.
Pada tahun 1324, Mansa Musa memutuskan untuk melakukan ziarah ke Mekah. Ia membawa rombongan yang terdiri dari 60.000 orang dan 12.000 budak dalam perjalanannya.
Sumber-sumber sejarah menyebutkan bahwa para budak pun mengenakan pakaian emas dan sutra Persia. Mereka juga membawa tongkat emas dengan berat sekitar enam kilogram.
Prosesi ini juga membawa sekitar 80 unta yang masing-masing membawa 300 pon emas. Tak perlu diragukan lagi, ziarah ini merupakan pemandangan yang sangat indah.
Mansa Musa memberikan sedekah kepada orang miskin dan membangun masjid di mana pun ia singgah. Ia sangat dermawan dengan kekayaannya, sehingga menyebabkan inflasi meroket di Kairo dan Madinah.
Hal tersebut terjadi karena masuknya emas secara tiba-tiba ke dalam perekonomian mereka. Dokumen sejarah mengatakan bahwa Kairo baru pulih dari kunjungannya 12 tahun kemudian.
Selama ziarahnya ia sangat menghormati keyakinannya, namun Seaver menjelaskan, ia juga menggunakannya sebagai kesempatan untuk memperluas Kekaisaran Mali.
“Ia mengakuisisi wilayah Gao, dan pada akhir masa pemerintahannya, kekaisarannya mencakup wilayah yang sekarang dikenal sebagai Senegal, Gambia, Guinea, Chad, Nigeria, Niger, dan Mauritania,” terang Seaver.
Selama perjalanannya, ia juga memberikan dukungan terhadap para cendikiawan dan seniman. Hal ini membuatnya menjadi salah satu penguasa yang paling terpelajar di Afrika.
Ketika Mansa Musa kembali dari ziarahnya, ia membawa arsitek, tukang batu, dan sarjana dari Kairo serta Madinah. Mereka membantu Timbuktu menjadi kota perdagangan yang makmur dan pusat bagi universitas-universitas Islam utama di Afrika.
Warisan Mansa Musa
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR