Untuk menggali kemungkinan lainnya pada peralatan yang dihasilkan oleh peradaban purbakala di Gua Makpan, tim mengekskavasi. Rupanya, di sana masih ada ribuan lagi cangkang pada sisa makanan.
"Saat kami melakukan penggalian di Gua Makpan di Alor, kami takjub dengan banyaknya butiran cangkang yang kami temukan, dan bagaimana kami terus menemukannya bahkan hingga penggalian tingkat paling bawah," kenang Sue O'Connor, salah satu peneliti dari ARC Centre of Excellence for Australian Biodiversity and Heritage, Australian National University (ANU)
"Mengingat penggalian yang sangat mendalam, kami berpikir bahwa ada kemungkinan besar bahwa manik-manik tertua berada di endapan berumur Pleistosen," lanjutnya.
Salah satu yang menarik bagi para peneliti adalah cangkang nautilus, hewan cephalopoda dari filum moluska purba yang masih ada sampai sekarang. Manusia di Pulau Alor ternyata menggunakannya sebagai manik-manik.
"Hampir seluruhnya tidak ada di tumpukan kerang kuno yang dibuang. Ini menunjukkan bahwa nautilus tidak dikumpulkan untuk dimakan, tetapi khusus untuk kerajinan," ujar peneliti lainnya, Shimona Kealy dari Archaeology and Natural History, School of Culture, ANU.
Langley berpendapat, keunikan di Gua Makpan yang menggunakan nautilus sebagai manik-manik membuktikan kepandaian produksi perhiasan masyarakat purbakala. Peradaban purbakala di pulau ini memahami pengolahan sumber daya yang cocok untuk keindahan, walau belum mengetahui manfaatnya secara praktis yang jelas.
Dengan pulau-pulau lain, walau ada persamaan tradisi dan budaya, keunikan masing-masing akan saling bertukar sebagai interaksi. Pada akhirnya, tidak hanya membagi gen, tetapi budaya dan teknologi benar-benar terjalin di tempat lain yang terpisahkan lautan, ungkap Langley.
Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media bersama Saya Pilih Bumi, Sisir Pesisir dengan media National Geographic Indonesia, Initisari, Infokomputer, dan GridOto.
Source | : | Griffith University |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR