Nationalgeographic.co.id—Dalam mitologi Yunani, Empusa adalah makhluk supernatural yang sering digambarkan sebagai iblis wanita atau makhluk mengerikan. Konsep Empusa berkembang dari waktu ke waktu dan muncul dalam berbagai teks kuno, termasuk dari Hesiod, Aristophanes, dan Philostratus.
Empusa sering dikatakan sebagai makhluk penjelma, yang mampu menjadi berbagai bentuk untuk menipu dan menakut-nakuti manusia.
Umumnya, ia menampakkan diri sebagai wanita muda yang cantik, meskipun ia memiliki wujud asli yang menyeramkan dan ganas. Ia memiliki rambut yang menyala, satu kaki dari perunggu, dan kaki lainya dari keledai.
Konon ia dapat memangsa pria muda dan anak-anak. Namun, menurut Rittika Dhar, dilansir dari History Cooperative, deskripsi tentang empusa bervariasi.
“Beberapa sumber mengatakan bahwa mereka dapat mengambil bentuk binatang buas atau wanita cantik. Beberapa sumber mengatakan bahwa mereka memiliki satu kaki yang terbuat dari tembaga atau perunggu juga kaki keledai,” kata Ratika.
Aristophanes, penulis naskah komik Yunani, menulis untuk beberapa alasan yang aneh bahwa empusa memiliki satu kaki dari kotoran sapi sebagai tambahan dari kaki tembaga.
Empusa dalam Kisah Mitologi Yunani
“Hanya ada dua sumber langsung untuk empusa dalam literatur Yunani kuno, yaitu naskah drama Yunani berjudul The Frogs karya Aristophanes dan dalam Life of Apollonius of Tyana karya Philostratus,” kata Rittika.
Pada karya Aristophanes, berkisah tentang perjalanan Dionysus dan budaknya, Xanthius, ke dunia bawah. Dalam perjalanan, Xanthius melihat empusa. Tidak jelas apakah ia hanya mencoba menakut-nakuti Dionysus atau ia benar-benar melihat empusa.
Xanthius menggambarkan bentuknya sebagai seekor anjing, seorang wanita cantik, seekor keledai, dan seekor banteng.
Dalam karya Philostratus, kisah empusa dibalut dengan cerita romansa. Alkisah, seorang pria muda tampan, Menippos, bertemu dengan seorang wanita cantik jelmaan empusa.
Ia jatuh cinta kepada wanita itu. Namun identitas asli wanita itu segera terkuak oleh Apollonius yang sedang melakukan perjalanan. Singkat cerita, ia mengusir empusa dengan melontarkan kata-kata hinaan.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR