Nationalgeographic.co.id—Situs warisan sejarah dunia menjadi jantung ikonik agama Buddha Tibet. Istana Potala adalah istana tertinggi di dunia. Dulunya merupakan istana musim dingin Dalai Lama dan pusat pemerintahan Tibet.
Istana ini terletak di Lhasa, ibu kota Tibet. Sekarang berfungsi sebagai museum yang melestarikan budaya sejarah dunia masa lalu. Salah satu yang menarik dari Istana Potala adalah arsitekturnya yang merupakan mahakarya tersendiri.
Seluruh struktur dibangun dari kayu dan batu, dan berisi lebih dari seribu ruang termasuk kapel, aula, dan berbagai ruangan lain.
Luas bangunan istana Potala membentang dari timur ke barat sepanjang 400 meter dan 350 meter dari utara ke selatan.
Dikelilingi tembok batu yang landai dengan ketebalan sekitar 3 meter dan 5 meter pada bagian dasar. Konstruksi bangunan yang memiliki tiga belas tingkat ini dicampur dengan tembaga untuk mencegah dari gempa bumi.
Istana Potala terletak di puncak Marpo Ri. Marpo Ri memiliki arti Bukit Merah, letaknya menghadap Lembah Lhasa dari ketinggian 130 meter.
Menurut legenda, terdapat sebuah gua suci di dalam bukit ini. Gua suci ini dulunya merupakan tempat tinggal Avalokiteśvara dikenal juga sebagai Chenrezi dalam bahasa Tibet, seorang bodhisattva yang merupakan perwujudan belas kasih semua Buddha.
Kaisar Songtsen Gampo diyakini menggunakan gua ini sebagai tempat meditasi. Pada masa pemerintahan kaisar ini juga, istana pertama kali dibangun di Marpo Ri tahun 637 Masehi.
Menurut salah satu sumber, istana ini dibangun agar kaisar dapat menyambut pengantinnya, Putri Wencheng dari Dinasti Tang Kekaisaran Tiongkok.
Namun bangunan yang ada saat ini baru dibangun pada masa pemerintahan Dalai Lama kelima, Ngawang Lobsang Gyatso, pada abad ke-17.
Tepatnya pada tahun 1645, pembangunan istana dimulai. Tiga tahun kemudian, Istana Putih yang digunakan sebagai tempat tinggal musim dingin Dalai Lama selesai dibangun.
Keseluruhan strukturnya membutuhkan waktu beberapa dekade untuk diselesaikan. Istana Merah yang didedikasikan untuk studi agama Buddha dan ruang doa, misalnya, baru selesai dibangun antara tahun 1690 dan 1694.
Source | : | UNESCO,Ancient Origins |
Penulis | : | Cicilia Nony Ayuningsih Bratajaya |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR