Manusia memiliki sejarah panjang dalam membuang para penjahat mereka. Kekaisaran Romawi dan Yunani akan mengirim para pembangkang mereka ke koloni-koloni yang jauh.
Orang-orang Yahudi dalam Perjanjian Lama menghabiskan 70 tahun dalam pembuangan di Kota Babel. Inggris mengirim narapidana mereka ke Australia, dan Prancis mengirim narapidana mereka ke Guyana.
Saat Indonesia masih menjadi bagian dari Hindia Belanda, praktik pengasingan atau "hukuman buang" sering digunakan oleh pemerintah kolonial Belanda. Selain itu, praktik pengasingan juga terjadi selama masa Orde Baru di Indonesia (tahun 1960-an hingga 1990-an).
“Sebagai bentuk hukuman, pengasingan sudah ada sebelum catatan sejarah. Bahkan, Adam dan Hawa pun diasingkan dari Taman Eden,” kata Thomson. “Baru pada abad terakhir ini kita memutuskan untuk tidak membuang tahanan.”
Lantas mengapa pengasingan menjadi hukuman yang ditakuti dan kejam? Pembuangan tidak hanya berarti pindah ke kota yang jauh, namun itu juga berarti tidak pernah melihat atau mendengar kabar dari keluarga lagi.
“Anda tidak akan berada di sana pada saat kematian ibu Anda. Anda akan merindukan pernikahan putri Anda atau pekerjaan pertama putra Anda. Istri Anda akan tinggal bersama orang lain,” kata Thomson.
Pengasingan juga biasanya tidak untuk liburan yang indah. Sebagai contoh, Ovid sang penyair Romawi diasingkan ke sebuah pelabuhan yang terik dan penuh dengan penyakit di Laut Hitam.
Karena orang buangan hampir selalu merupakan penjahat (menurut hukum di wilayahnya), mereka sering dicap sebagai representasi kejahatan. Ketika para buangan kembali, seperti yang dilakukan sebagian besar dari mereka, mereka kemudian dijauhi oleh masyarakat.
Di masa Kekaisaran Rusia, misalnya, para pencuri akan diberi tato dengan huruf B (untuk menandai pencuri) atau Б (untuk perusuh) di pipi atau dahi mereka. Sejak pertengahan abad ke-18, semua penjahat dan orang buangan Rusia dicap dengan cara ini.
Kehidupan di Dalam Gulag
Melalui Gulag, kita bisa melihat mengapa pengasingan di penjara terbuka adalah bentuk hukuman yang kejam. Ketika seseorang diasingkan, mereka biasanya tidak diterima di kota atau negara lain.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR