Bianca meneruskan, "Hayes berusaha keras untuk mendapatkan banyak keringat yang keluar dari tubuhnya." Lebih mengerikannya, agar tak gagal, ia bahkan tidak minum air selama diet ekstremnya berlangsung.
Alhasil, dari diet ekstrem dalam waktu singkat itu, Hayes berhasil terdaftar dalam kejuaraan karena bobotnya telah ideal. Namun, itu menjadi dugaan kuat para pengamat tentang kondisi Hayes.
Ketika 4 Juni 1935 akhirnya tiba, Frank Hayes sangat gembira karena akhirnya bisa mengenakan pakaian sutra balap nyonya Frayling, sang pemilik acara pacuan kuda balap di arena Belmont Park. Dan akhirnya Hayes melakukan debut jokinya.
Ketika dia naik ke pelana kudanya, dia semakin lemah dan lelah. Benar-benar kelelahan hebat terlihat dari wajahnya yang semakin pucat pasi. Itu menjadi awal yang buruk bagi kejuaraan pacuan kuda.
Awal yang buruk bagi seorang joki, apalagi bagi seorang newbie yang belum pernah balapan sebelumnya. Olahraga ini memang menuntut joki yang profesional dan handal yang mampu mengatur dengan baik kondisi dan situasinya selama balapan.
Sebagai joki pacuan kuda, mereka harus berkendara dengan cara yang sangat menguras energi. Diperlukan kecermatan dan banyak energi yang dikeluarkan, utamanya saat kudanya memantulkan pengendaranya ke atas dan ke bawah, maju dan mundur.
Di satu sisi, cara itu dilakukan untuk membuat kuda tidak terbebani sehingga bisa memberikan kecepatan maksimumnya. Tidak heran, banyak di antara joki akan terkuras energinya selama berpacu dengan kuda mereka.
Begitu kerasnya kerja otak dan fisik yang terkuras hingga para joki bisa menderita serangan jantung, bahkan sampai menyebabkan kematian, akibat pengerahan tenaga yang luar biasa tersebut. Dan petaka terjadi kepada Hayes.
Terlihat dalam beberapa putaran, dari lompatan berkudanya, Hayes masih mengendalikan kecepatan Sweet Kiss, kuda pacunya. Momen itu juga sempat diabadikan oleh fotografer yang memotret Hayes.
Seperti yang telah diketahui, selama balapan berlangsung, lengan dan kaki para joki kuda bekerja seperti piston, terus-menerus tanpa henti. Itu yang membuat jantung mereka dapat berdetak 180 kali dalam satu menit—normalnya 60-100 kali per menit.
Hayes kesulitan untuk mengatur energinya dan ia mengalami kolaps selama pacuan berlangsung. Itu menjadi balapan pertama dan terakhir Hayes, dia mengalami serangan jantung dan meninggal seketika di atas pelana Sweet Kiss.
Namun, ia tidak terjatuh dari kudanya, meskipun sudah menjadi mayat. Ia tetap berada di atas pelana dan melintasi garis finish di posisi pertama. Tak ada yang mengetahui tragedi itu sampai semuanya menyelamati sang jawara di garis finish.
Baru ketika para pejabat, termasuk nyonya Frayling datang untuk memberi selamat, mereka mengetahui bahwa Hayes telah meninggal. Ia kemudian jatuh dari pelananya. Hayes menjadi satu-satunya mayat yang diketahui memenangkan perlombaan.
Setelahnya kuda hitam Sweet Kiss tidak pernah ikut dalam balapan lagi. Antara Hayes dan kudanya dikenang selamanya sebagai “The Sweet Kiss of Death.” Kisahnya melegenda sebagai joki pacuan kuda yang tak pernah gagal sepanjang karirnya.
Source | : | CNN,Ripley's |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR