Nationalgeographic.co.id—“Aku lebih berani menegaskan warna, bahwa Nusantara pada abad ketigabelas tidak hanya daerah atau etnis tertentu saja,” ungkap Mia Johannes—populer dengan nama mhyajo—ketika menggagas trilogi opera Majapahit.
Ia dikenal berpengalaman terlibat dalam pagelaran bertaraf internasional dan piawai dalam mengawinkan seni tradisional dan sejarah Indonesia dengan kultur pop dalam balutan modern tanpa mengurangi otentisitas aslinya. Dalam proses penciptaan karyanya, ia selalu menautkan konsep 'diversity and equity'. Mia juga pernah menerima anugerah 'Catha Mardhika' dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Opera Majapahit: GAYATRI Sang Sri Rajapatni—raja putri pertama di Majapahit—ditayangkan ulang melalui pemutaran film teater dan konser musik yang begitu semarak di Museum Majapahit Trowulan pada awal November silam.
Kini, sekuel berikutnya, GITARJA Sang Sri Tribhuwana akan dipentaskan selama 1,5 jam pada Kamis, 7 Desember 2023 di Gedung Kesenian, Pasar Baru, Jakarta Pusat.
Kendati berbentuk trilogi, setiap cerita berdiri sendiri. Masing-masing memiliki kisah, romantika, dan perjuangan. Pertalian benang merahnya pada tajuk “opera majapahit”.
“Karya seni memang seharusnya tidak baku. Mengalir seperti air. Selain karya opera majapahit ini memang masuk dalam kategori karya tumbuh, mungkin saja tahun depan yang dihadirkan adalah berupa instalasi kolase adegan dengan beberapa pelakon saja dan bermedia tidak di atas panggung” begitu kata mhyajo yang merupakan sutradara sekaligus penulis dan penata artistik pementasan ini.
Dalam Opera Majapahit : GITARJA, Sang Sri Tribhuwana, pemirsanya akan menikmati pementasan berformat opera sepenuhnya. Sang sutradara mhyajo akan didukung oleh Nino Prabowo (mendampingi mhyajo, sebagai narator), Franki Raden (penata musik) dengan Indonesian National Orchestra.
Turut berkontribusi dalam Indonesian National Orchestra, Satya Cipta dan Bethu (sinden). Pendukung lainnya, Iwan Hutapea (penata cahaya), Nabil Husein (penata suara), beserta Kleting Titis Wigati sebagai penata kostum.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Tehnologi Republik Indonesia dan Wonderful Indonesia, Indoensiakaya, Mayora, Sukkhacitta turut menjadi pendukung pementasan ini.
Melalui kisah GITARJA, seperti juga GAYATRI, penonton akan diajak meresapi dan menikmati kekayaan dan kesakralan karakter seorang wanita Nusantara. Sebuah serpihan sejarah Nusantara, yang sudah saatnya digulirkan ke generasi penerus, tidak sekedar melalui jalur pendidikan formal semata.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR