Nationalgeographic.co.id—Setelah Kekaisaran Romawi Barat jatuh, Kekaisaran Bizantium tetap berdiri kokoh selama ratusan tahun. Berkuasa dan sangat berpengaruh di dunia kuno, Kekaisaran Bizantium dikenal sebagai pusat intrik dan rahasia. Ada sejumlah fakta kelam seputar Kekaisaran Bizantium yang bisa membuat Anda tercengang.
Pembunuhan penguasa yang tidak populer
Karena Kekaisaran Bizantium selalu merasa bahwa penguasa yang tidak populer dapat digantikan, sejumlah kaisar meninggal karena kekerasan.
Constans II dipukuli sampai mati saat berada di kamar mandinya. Michael III kehilangan kedua tangannya saat mencoba menahan pedang.
Nikephoros Phokas diperingatkan akan adanya rencana jahat. Ia pun segera memerintahkan penggeledahan di istana. Tapi rupanya sang istri menyembunyikan para pembunuh di kamar tidurnya. Dan tidak ada penjaga yang berani menggeledahnya. Pembunuh pun menikamnya sampai mati malam itu.
Kaisar Leo punya kisah yang berbeda. Ia disergap pada hari Natal oleh para pembunuh yang menyamar sebagai paduan suara para biarawan. Sang kaisar mengambil sebuah salib berat dari altar dan melawan mereka di sekitar Hagia Sofia sampai lengannya terpotong. Ia pun terjatuh dan tewas. Seakan masih belum cukup kejam, para pembunuh kemudian membuang jenazahnya ke toilet.
Mutilasi untuk menyingkirkan pewaris takhta
“Kekaisaran Bizantium percaya bahwa tubuh yang cacat akan mendiskualifikasi pewaris takhta,” tulis Jamie Frater di laman Listverse. Akibatnya, para kaisar sering kali memutilasi saingannya alih-alih langsung membunuh mereka.
Membuat buta merupakan hal yang populer, begitu pula dengan memotong hidung dan lidah. Di tahun-tahun berikutnya, pengebirian menjadi praktik yang paling umum.
Dalam beberapa hal, mutilasi dianggap lebih baik daripada eksekusi. John IV Laskaris hidup selama 40 tahun setelah mengalami kebutaan. Permaisuri Irene membutakan putranya yang memberontak di kamar tempat dia melahirkannya. Pemuda itu meninggal karena luka-lukanya beberapa waktu kemudian.
Basil Lekapenos dikebiri saat masih kecil untuk mencegahnya menimbulkan masalah saat ia besar nanti. Tidak memiliki pewaris, Basil menjadi seorang penggawa yang berkuasa dan memerintah melalui serangkaian kaisar boneka.
Kaisar tanpa hidung
Justinianus II yang menakutkan pertama kali digulingkan pada tahun 695. Para pemberontak memotong hidungnya dan menggorok bagian tengah lidahnya sebelum mengasingkannya ke Crimea.
Justinianus melarikan diri ke tanah Khazar dan mulai merencanakan untuk kembali berkuasa. Kaisar baru menyuap bangsa Khazar untuk membunuh mantan kaisar. Namun Justinianus diperingatkan dan secara pribadi mencekik para pembunuh tersebut sebelum melarikan diri ke Bulgaria dengan perahu nelayan.
Menjalin aliansi dengan khan Bulgaria, Justinianus kembali ke Konstantinopel dan memimpin pasukan melewati selokan. Ia berhasil masuk ke kota tempat ia melakukan balas dendam yang mengerikan terhadap musuh-musuhnya.
Setelah mendapatkan kembali takhta, Justinianus memerintah selama 6 tahun berikutnya. Ia memakai hidung emas dan menggunakan penerjemah untuk menerjemahkan suara gemericik dari lidahnya yang rusak.
Kekejamannya akhirnya bertambah parah, Dia digulingkan lagi pada tahun 711. Kali ini, para musuh langsung membunuhnya.
Ruang ungu
Kekaisaran Bizantium telah lama menganggap ungu sebagai warna kekaisaran. Maka hanya anggota keluarga kerajaan yang diperbolehkan memakai pewarna ungu tertentu. Akhirnya, kaisar membangun sebuah ruangan khusus dengan dinding yang terbuat dari batu porfiri ungu yang berharga.
Keturunan kekaisaran yang lahir di ruangan ini dijuluki porphyrogennetos (“kelahiran ungu”). Mereka sangat bergengsi dan tidak boleh menikah di luar kekaisaran.
Mereka yang lahir di porphyrogennetos mendapatkan kesetiaan dari rakyat. Konstantinus VII Porphyrogennetos digulingkan saat masih kecil. Namun status porphyrogennetos melindunginya dan ia diizinkan untuk tetap menjadi rekan kaisar selama 24 tahun.
Ketika Basil II meninggal, satu-satunya porphyrogennetos yang tersisa adalah saudara perempuan Zoe dan Theodora. Warga Konstantinopel melakukan kerusuhan pada setiap upaya untuk menggulingkan mereka dari kekuasaan. Pasangan ini mendominasi kekaisaran hingga kematian Theodora pada tahun 1056.
Rakyat yang melakukan kerusuhan
Sebagai warga kota terbesar di dunia, masyarakat Konstantinopel tidak pernah takut untuk mengekspresikan diri, sering kali melalui kekerasan. Dalam contoh yang paling terkenal, para penggemar tim balap kereta Biru dan Hijau bersatu untuk melakukan kerusuhan melawan Justinian I.
Kaisar bersiap untuk melarikan diri, tetapi hari itu diselamatkan oleh istrinya, Theodora. Sang permaisuri menyatakan bahwa dia lebih baik mati sebagai permaisuri daripada hidup sebagai rakyat jelata. Para pemberontak kemudian dibantai.
Tidak semua kerusuhan mengganggu kestabilan kekaisaran. Salah satu perang saudara yang sangat berdarah berakhir dengan kerusuhan di penjara. Megaduke Alexios Apokaukos sedang memeriksa penjara barunya ketika para tahanan politik mengamuk dan membunuhnya.
Kasim merangkap budak seks yang dikebiri
Kasim melayani Kekaisaran Bizantium dalam segala kapasitasnya, mulai dari pejabat istana, pendeta, hingga jenderal. Mereka dianggap tidak mengancam takhta karena tidak memiliki anak untuk mewarisi status mereka.
Namun, para kasim seperti John the Orphanotrophos menjadi terkenal karena memanfaatkan saudara-saudara mereka untuk menduduki jabatan tinggi. John sendiri tumbuh begitu kuat sehingga seluruh keluarganya harus dikebiri dan diasingkan oleh seorang kaisar yang gelisah.
Kebiri secara teknis ilegal di kekaisaran. Akibatnya, banyak kasim yang diperbudak di luar kekaisaran saat masih muda. Mereka kemudian dikebiri sebelum dibawa melintasi perbatasan. Namun tidak jarang orang tua yang miskin mengebiri putra-putra mereka. Harapannya adalah anak-anak tersebut akan tumbuh dan mendapatkan posisi yang menguntungkan di istana.
Berbagai sumber dari era Kekaisaran Bizantium menyatakan bahwa para kasim sering dijadikan budak seks. Alasannya karena mereka menjaga penampilan awet muda. Hal ini secara resmi dilarang.
Intrik di Kekaisaran Bizantium
Di masa lalu, banyak intrik yang terjadi di Kekaisaran Bizantium. Di sana, para kasim dan bangsawan berebut pengaruh. Kaisar memerintah melalui kelompok favorit yang kuat.
Dalam salah satu contoh abad kesembilan, kasim Staurakios membantu Permaisuri Irene menggulingkan dan membutakan putranya sendiri. Staurakios sendiri segera digulingkan dari kekuasaannya oleh kasim Aetios, yang berencana menjadikan saudaranya sebagai kaisar. Namun Aetios gagal melawan Menteri Keuangan Nikephoros. Sang menteri mengatur kudeta dan memerintah sebagai kaisar sampai orang Bulgaria mengubah tengkoraknya menjadi cangkir minuman.
Suasana intrik ini berlangsung hingga Konstantinopel jatuh. Bahkan ketika Ottoman berkumpul di luar tembok, Loukas Notaras berencana untuk mendapatkan posisi istana yang menguntungkan bagi putra-putranya.
Source | : | listverse |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR