Nationalgeographic.co.id—Aspasia, yang hidup pada abad kelima SM dikagumi sekaligus terkenal pada masanya dalam sejarah Yunani kuno. Dia bekerja sebagai hetaira atau pelacur.
Di zaman Yunani kuno, pelacur bukan hanya ada di rumah bordil tapi juga dari wanita yang berpendidikan. Biasanya mereka menjadi tamu di simposim atau pesta minum di rumah-rumah pribadi.
Lahir di kota Miletus di pantai timur Laut Aegea, Aspasia berlayar ke barat melintasi lautan, sebuah petualangan yang berani pada masa itu. Kemudian, tiba di Athena pada awal tahun 440 SM selama Zaman Keemasan. Di sanalah dimulainya kehidupannya yang penuh intrik.
Namun di sisi lain, sosok Aspasia menurut pandangan filosofi kuno adalah wanita yang cerdas, guru dan ahli retorika.
Pericles Jatuh Cinta pada Aspasia
Athena, di bawah kepemimpinan Pericles berada di dekat puncak kekayaan dan kekuasaannya. Di sana, Aspasia mencari nafkah sebagai hetaira atau pelacur. Mungkin awal yang tidak menjanjikan, namun Aspasia luar biasa dalam hal-hal yang membawanya ke tingkat pengalaman dan pengaruh yang luar biasa.
Saat berada di Athena, dia bertemu dengan pria yang merupakan seorang jenderal, negarawan, dan pemimpin demokrasi Athena yaitu Pericles. Dia jatuh cinta padanya, dan dengan itu dimulailah salah satu kisah cinta terbesar selama berabad-abad.
Dalam sejarah Yunani kuno, Pericles terlahir sebagai bangsawan dan menjadi pemimpin demokrasi Athena.
Pericles jatuh cinta begitu dalam pada Aspasia sehingga menceraikan istrinya yang sah untuk tinggal bersama Aspasia.
Perempuan pada masa itu menjalani kehidupan terpencil dan berada di bawah pengawasan kerabat laki-laki mereka. Aspasia unik karena dia berpikiran mandiri dan bergerak bebas di dunia pria, dan Pericles menyukai keunikan itu.
Seperti yang ditunjukkan oleh filsuf Plato dan yang lainnya dalam tulisan mereka, Aspasia adalah seorang wanita dengan perspektif dan penilaian yang luar biasa.
Saat menjelajahi politik Athena, dan tantangan aliansi Athena yang kompleks dengan kota-kota Yunani lainnya, Pericles menyukai kecerdasannya dan memanfaatkan nasihatnya.
Ketika Aspasia dan Pericles memiliki seorang putra, Pericles the Younger, Aspasia menghadapi tantangan baru.
Ironisnya, beberapa tahun sebelum bertemu dan jatuh cinta dengan Aspasia, Pericles telah mengesahkan undang-undang di Majelis Demokratik Athena yang melarang siapa pun menjadi warga negara Athena kecuali kedua orang tuanya adalah warga negara.
Karena Aspasia berasal dari Miletus, kewarganegaraan bagi Pericles Muda tampaknya mustahil. Tidak terpengaruh, Aspasia bertekad untuk mendapatkan kewarganegaraan Athena yang berharga bagi putranya, dan akhirnya dia berhasil.
Namun semua tidak berjalan mulus bagi Pericles dan Aspasia. Hubungan mereka adalah skandal besar Zaman Keemasan Athena, dan pengetahuan tentang hal itu bergema sepanjang sejarah hingga ke zaman kita sekarang.
Fitnah Aspasia Dimulai
Pada tahun 431 SM, Perang Peloponnesia di Athena dan aliansinya melawan Sparta dimulai. Perang memberi para penulis drama cara baru untuk menjelek-jelekkan Aspasia.
Mereka menyebutnya sebagai Helen baru dari Troy — wanita yang memikat dan terkenal yang di pundaknya Homer menyalahkan perang dalam Iliad dan Odyssey.
Aristophanes, penulis drama Komik Athena paling terkenal, Acharnians. Dalam karangannya itu, terdapat serangkaian peristiwa absurd yang menyalahkan Aspasia karena menyebabkan Perang Peloponnesia.
Eupolis, rekan muda Aristophanes, mengikuti jejaknya. Eupolis menyebut Aspasia sebagai “Helen” dalam drama pertamanya, Prospaltians.
Kemudian menyebut namanya dan membuat singgungan lain padanya dalam tiga karya berikutnya. Demikian pula karya-karya penyair komik lainnya.
Seperti drama tragis besar Athena karya Aeschylus, Sophocles, Euripides, dan lainnya, karya tersebut dipentaskan di festival sebelum siaran langsung Yunani di amfiteater yang didedikasikan untuk dewa anggur Dionysos.
Pericles mendengar sindiran vulgar dalam pentas terhadap Aspasia yang dicintainya. Dia bertahan mendengar karakternya sendiri difitnah dan dirinya sendiri disebut sebagai "tiran".
Semua ini harus dia tanggung sambil duduk di hadapan 17.000 rekannya di Athena. Hal ini merupakan ujian pengendalian diri yang sangat melelahkan.
Aspasia tidak hadir di Teater Dionysos bersama Pericles. Kekhawatiran yang terus-menerus terhadap Aspasia adalah ketakutan bahwa ejekan publik dan fitnah yang dilontarkan atas hubungannya dengan Pericles.
Namun cinta Pericles tidak goyah. Terlepas dari skandal tersebut, hubungan antara Aspasia dan Pericles tetap bertahan.
Pericles meninggal pada tahun 429 SM, mungkin karena wabah yang melanda Athena pada awal Perang Peloponnesia.
Sekitar setahun setelah kematian Pericles, jenderal Athena Lysicles menjadi pelindung Aspasia. Akan tetapi Lysicles meninggal segera setelah itu dalam pertempuran.
Aspasia dan putra mereka yang bernama Pericles the Younger tinggal di Athena di tengah fitnah hingga hampir akhir abad ini.
Aspasia dalam Pandangan Filosofis
Berbeda sekali dengan pandangan negatif terhadap Aspasia dalam Komedi Lama, ada memori sejarah alternatif dan sangat kontras yang melihatnya sebagai seorang wanita dengan kualitas pribadi yang mengagumkan. Tadisi inilah yang membentuk pandangan Aspasia di zaman modern
Aspasia, menurut banyak catatan dalam literatur klasik, berbincang dengan seniman dan filsuf terhebat serta tokoh terkemuka lainnya di Zaman Keemasan Athena.
Tradisi sejarah yang kuat yang memandang Aspasia sebagai perempuan yang sangat cerdas, bijaksana dan patut dicontoh diperkuat oleh filsuf Plato—penulis pemikiran barat paling berpengaruh.
Plato memuji Aspasia sebagai orang yang cerdas, terpelajar, cerdik, dan ahli retorika. Dalam dialog filosofisnya Menexenus, yang ditulis setelah kematian Pericles dan Aspasia, Plato mendramatisasi percakapan antara filsuf Socrates dan temannya bernama Menexenus.
Socrates, dalam dialog ini, membacakan pidato yang menurutnya dipelajarinya dari Aspasia. Hal ini adalah jenis pidato yang menghormati orang Athena yang tewas dalam pertempuran dan mengingatkan pada orasi pemakaman terkenal yang disampaikan Pericles pada akhir tahun pertama Perang Peloponnesia.
Menanggapi tanggapan antusias Menexenus terhadap pidato Aspasia yang diceritakan, Socrates berjanji untuk membacakan lebih banyak lagi pidato yang disusun oleh Aspasia.
Plato mengembangkan pandangan tentang Aspasia dalam sejarah Yunani kuno sebagai orang yang ahli dalam mengajar pidato dan visioner besar demokrasi.
Penulis lain yang dekat dengan kalangan Socrates menggambarkan Aspasia sebagai ahli perjodohan dan hubungan harmonis dalam perkawinan—sekali lagi sangat kontras dengan karakterisasinya dalam drama komik.
Jadi, Siapakah Aspasia Sebenarnya?
Untuk sebagian besar, ketenaran Aspasia dalam tradisi sejarah terletak pada hubungannya dengan Pericles. Dia bisa melakukan apa yang wanita lain tidak bisa lakukan, sebagian karena dia berkuasa di kotanya.
Manfaat dari kehidupan budaya yang kaya di Athena tersedia baginya sebagian melalui persatuannya dengan seorang pria kaya dan penting.
Namun mari kita melihat Aspasia dalam konteks zamannya. Ketika norma-norma sosial membatasi perempuan pada kehidupan yang sempit dan terbatas, Aspasia terlibat secara aktif dan efektif dengan budaya di sekitarnya.
Dia kuat dalam menghadapi rintangan, berani menghadapi fitnah, tidak malu dengan ketenaran, gigih dalam mencapai tujuannya, tidak takut untuk mengungkapkan kecerdasannya, dan layak menjadi pengaruh pada orang paling penting pada masanya.
Di luar tantangan-tantangannya dan keuntungan-keuntungan yang dapat ia ciptakan untuk dirinya sendiri, ia adalah seorang guru, yang mendukung tujuan-tujuan orang lain. Dia adalah inspirasi.
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR