Nationalgeographic.co.id—Kehidupan beragama di Kekaisaran Mongol sangat toleran dengan diperkenankan rumah ibadah dari berbagai agama. Toleransi ini turut pula menjadikan agama Islam berkembang dalam sejarah abad pertengahan.
Bahkan, ketika kekuasaan Mongol terpecah menjadi empat bagian, kaisar atau khan mereka perlahan memeluk agama Islam. Menurut para sejarawan, dunia Islam pertama kali diperkenalkan ke bangsa Mongol sejak kepemimpinan Genghis Khan (berkuasa 1206—1227). Gelombang kedatangan ini berlangsung antara tahun 1222 dan 1254.
Salah satu buktinya, kunjungan Willem van Ruysbroeck ke Karakorum, ibu kota Kekaisaran Mongol pada 1254. Dia menyaksikan tujuh kuil "penyembah berhala" yang mungkin adalah kuil Buddha, Hindu, dan Taoisme, serta dua masjid.
Jack Weatherford lewat bukunya, Genghis Khan and the Making of the Modern World mengungkapkan, Willem disambut oleh Mongke Khan, kaisar agung keempat Mongol. Di sana, Mongke Khan meminta para pemimpin agama Islam, Buddha, dan Kristen memperkenalkan ajarannya masing-masing.
Para sejarawan abad pertengahan memperkirakan, Islam diadopsi Kekaisaran Mongol karena penduduknya yang menjalin perdagangan dengan peradaban Islam dari Jalur Sutra. Ada pula faktor politik seperti Perang Salib yang sedang panas dalam sejarah abad pertengahan.
Awal mula bangsa Mongol dan dunia Islam
Ketika menginvasi Asia Tengah dan Afganistan, Kekaisaran Mongol memberikan perhatian terhadap agama yang dibawa Nabi Muhammad ini diberikan. Genghis Khan, dikisahkan, menyetujui ajaran Islam di kekaisarannya, kecuali haji yang dianggap tidak perlu.
Amy Chua dalam buku Day of Empire: How Hyperpowers Rise to Global Dominance – and Why They Fall, Genghis Khan juga dikenal sebagai tempat perlindungan umat muslim Asia Tengah. Disebutkan bahwa utusan muslim pernah datang meminta suaka Genghis Khan dari penganiayaan agama yang terjadi di Kara Khitai (Dinasti Liao Barat).
Kara Khitai adalah kerajaan serumpun bangsa Mongol. Oleh Genghis Khan, kerajaan ini ditaklukkan dengan kampanye militer 1216–1218. Chua mencatat, Genghis Khan segera menyerukan kebebasan beragama di negerinya.
Kaisar-kaisar berikutnya di Kekaisaran Mongol, khususnya di Dinasti Yuan, kemudian melarang praktik-praktik Islam yang dinilai bertentangan dengan agama tradisional mereka, tengrisme. Salah satu yang dilarang adalah penyembelihan secara halal yang dianggap memaksa metode tradisional bangsa Mongol dalam penyembelihan.
Praktik ini diatur Genghis Khan sekitar 1279 atau 1280. Pengamat keagamaan Johan Elverskog dalam buku Buddhism and Islam on the Silk Road menyebutkan, demi mengakali praktik penyembelihan halal, orang Islam melakukan penyembelihan termasuk iduladha secara rahasia.
Meski terdengar toleran terhadap agama lain, Genghis Khan memperhitungkan ajaran agama lain. Elverskog mencatat, Genghis Khan menganggap umat Muslim dan Yahudi sebagai "budak". Oleh karena itu, tidak patut mereka menuntut metode halal atau makanan kosher. Praktik sunat juga dilarang semasa kaisar bernama asli Temujin ini.
Di bawah Pax Mongolica, Islam tersebar luas
Dalam sejarah abad pertengahan, Kekaisaran Mongol meluas menguasai Jalur Sutra yang menghubungkan dunia barat dan timur dunia. Penguasaan ini juga termasuk berperang dengan kerajaan lain, termasuk Kekaisaran Abbasiyah.
Periode sejarah Pax Mongolica ini memudahkan distribusi Jalur Sutra. Oleh para ahli sejarah abad pertengahan, Pax Mongolica mendorong jalur ini semakin sering dilalui penjelajah, pedagang, dan pemuka agama. Sebelumnya juga dibahas, Jalur Sutra yang dikuasai Kekaiasaran Mongol menawarkan pertukaran ilmu pengetahuan, termasuk senjata perang.
Ketika Kekaisaran Mongol terpecah menjadi empat bagian (Yuan, Ilkhanat, Chagatai, dan Gerombolan Emas), Islam diterima dengan cara yang berbeda. Kelak, tiga dari pecahan ini akan mengadopsi agama Islam sebagai agama resmi mereka.
Di Dinasti Yuan, khususnya ketika Kubilai Khan berkuasa, Islam memang bukan agama yang dominan. Agama resmi Kekaisaran Yuan mengadopsi Buddhisme Tibet dan tengrisme Mongol. Meski demikian, beberapa muslim di Tiongkok bisa menjabat posisi penting Dinasti Yuan seperti Menteri Keuangan Ahmad Fanakati semasa Kubilai Khan.
Seperti Kekaisaran Mongol yang utuh, Dinasti Yuan mewarisi larangan praktik pemotongan halal dan sunat. Meski memiliki beberapa pejabat muslim, kaisar menganggap mereka sebagai pelayan kekaisaran.
Kekaisaran Mongol Mengadopsi Islam
Berbeda dengan Dinasti Yuan, tiga kekaisaran Mongol lainnya yakni Ilkhanat, Gerombolan Emas, dan Chagatai mengadopsi Islam sebagai agama resmi. Pada awalnya, para kaisar memeluk agama Buddha atau tengrisme.
Kekaisaran Ilkhanat pada awalnya adalah musuh peradaban Islam dalam sejarah Perang Salib. Mereka menjatuhkan Kekaisaran Abbasiyah dengan Pengepungan Bagdad pada 1258. Kekaisaran Ilkhanat juga bersekutu dengan kerajaan-kerajaan kekristenan Eropa.
Seiring dengan surutnya Perang Salib dan permasalahan dengan Gerombolan Emas, Kekaisaran Ilkhanat mengadopsi agama Islam. Ghazan Khan yang memerintah antara 1295 dan 1304 masuk Islam ketika dilantik, para pejabat Ilkhanat lainnya mengikuti.
Meski demikian, pemimpin Kekaisaran Mongol pertama yang masuk Islam adalah Berke Khan pada 1252 dari Gerombolan Emas. Perkembangan Islam di Gerombolan Emas begitu pesat pada kepemimpinan Uzbeg Khan antara 1313-1341 dengan berbagai pendirian masjid.
Para ahli sejarah abad pertengahan memperkirakan Gerombolan Emas yang lebih cepat mengadopsi Islam berkaitan dengan situasi yang berkembang. Gerombolan Emas adalah musuh Kekaisaran Ilkhanat sejak terpecahnya Kekaisaran Mongol. Kekaisaran yang bercokol di Rusia ini sekutu Kerajaan Mamluk Mesir dalam sejarah Perang Salib, dan menjadi musuh kerajaan Eropa.
Elverskog mencatat bahwa Kekaisaran Chagatai mengadopsi Islam pada abad ke-13. Kaisar Chagatai yang mualaf pertama kali diketahui adalah Mubarak Shah. Dia berkuasa antara 1252 dan 1260 serta enam bulan pada 1266.
Perpindahan agama pemimpin Kekaisaran Chagatai tidak langsung memengaruhi kehidupan bangsa Mongol. Weatherford mencatat, agama Buddha dan berbagai agama tradisional bangsa Mongol berkembang di Kekaisaran Chagatai sampai 1350.
Perkembangan agama Islam juga tersendat di timur Tiongkok ketika Moghulistan (disebut juga sebagai Chagatai Timur) melepaskan diri dari Kekaisaran Chagatai.
Ketika Moghulistan dipimpin oleh Tughlugh Timur antara 1329-1363 masuk agama Islam, penerimaan agama Islam secara terbuka. Tughlugh Timur masuk Islam akibat pengaruh dari ulama Persia Mauláná Arshad-ud-Din yang datang melintasi Jalur Sutra.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR