Catatan sejarah dunia juga pernah menyebut seorang anak yang lebih kecil. Dialah Mary, berusia empat tahun, mengupas sekitar dua pot tiram setiap hari bersama ibunya di Dunbar Cannery, Louisiana. Untuk mengupas tiram, Mary menggunakan pisau tajam!
Dagingnya dipotong-potong, dan cangkangnya dibuang ke lantai hingga dikumpulkan untuk dijual untuk digunakan dalam perbaikan jalan setempat. Sebagai pekerja tercepat dalam pekerjaannya, ibu Mary mendapat penghasilan $1,50 per hari.
Jika mulai lelah, anak berusia empat tahun itu akan menjaga adik bayinya agar ibunya bisa bekerja. Pengupasan tiram di pabrik pengalengan Dunbar dilakukan secara borongan; para pekerja dibayar berdasarkan berapa banyak tiram yang bisa mereka kupas.
Ada juga industri ikan dan makanan laut yang tidak segan-segan mempekerjakan anak-anak di bawah umur. Perusahaan Pengalengan Biloxi di Biloxi, Mississippi, telah mengoperasikan layanan pengalengannya sejak tahun 1881.
Ketika Lewis Hine mengunjungi pabrik, dia mengamati dua anak berusia lima tahun. Satu anak berumur tujuh tahun. Dua anak delapan tahun. Satu anak berumur sembilan. Dua anak berumur sepuluh, dan dua anak berusia sebelas tahun.
Namun gagasan bahwa anak-anak kecil harus pergi bekerja daripada bersekolah, mendorong terjadinya reformasi yang dimulai pada pertengahan tahun 1800-an. Upaya-upaya ini dimulai pada tingkat lokal dan akar rumput.
Ketika tekanan publik meningkat, pabrik-pabrik dipindahkan ke lokasi yang lebih 'simpatis'. Mereka tidak bisa bergerak menghadapi pengawasan yang semakin ketat dari organisasi keagamaan setempat, sekolah, dan kelompok buruh.
Tatkala perjuangan untuk serikat pekerja semakin intensif pada akhir tahun 1800-an, organisasi-organisasi regional dan nasional mulai menaruh perhatian besar pada pekerja anak.
Mereka merinci bagaimana anak-anak berhenti bersekolah demi mendapatkan upah, sehingga memberi mereka sedikit peluang untuk melakukan mobilitas ke atas. Selain itu, tubuh mereka kekurangan berat badan karena kerja fisik atau kerja kasar.
Beberapa mengalami kelengkungan tulang belakang dan penyakit terkait pekerjaan. Kecelakaan menghancurkan anggota badan dan mengirim anak-anak ke rumah sakit yang tidak mampu dibiayai oleh keluarga mereka.
Anak-anak pekerja keras ini mempunyai sedikit peluang untuk memiliki masa muda, mereka mempunyai tanggung jawab sebagai orang dewasa dan rasa sakit serta kesakitan yang dialami oleh pekerja dewasa bahkan sebelum mereka memasuki masa pubertas.
Pada tahun 1870-an, para pelobi mulai mengusulkan undang-undang untuk membatasi praktik pekerja anak. Pada tahun 1881, Federasi Buruh Amerika (AFL) menyerukan negara-negara bagian untuk melarang anak-anak di bawah 14 tahun bekerja.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | History Collection |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR