Sebelum bertempur melawan Kekaisaran Persia di Gaugamela, pasukan Aleksander Agung berkemah beberapa mil dari lokasi. Perjalanan dari Mesir ke Gaugamela sungguh berat. Darius III membumi hangus desa sekitar yang memotong suplai makanan Aleksander.
Pengintai Makedonia pun mengatakan bahwa jumlah pasukan Kekaisaran Persia sangat besar, satu juta orang. Kondisi ini sempat membuat psikologi pasukan Makedonia dan Yunani gentar.
Akan tetapi, fenomena alam terjadi sekitar 20-21 September 331 SM. Gerhana bulan menjadikan bulan berwarna merah darah. Bagi kebudayaan tertentu, gerahana bulan menjelang pertempuran menandakan petaka.
Namun, Aleksander Agung memberi semangat kepada pasukannya, gerhana tersebut adalah pertanda dari Semesta bahwa Darius III akan kalah dalam pertempuran. Belum lagi, Aleksander Agung adalah raja muda yang pandai beretorika dan sebelumnya telah menarik dukungan secara keagamaan di Mesir.
Siasat 'terkam ke jantung' ala Aleksander Agung
Sejak awal ekspedisi menuju Kekaisaran Persia, Aleksander Agung menciptakan taktik yang berbeda dari yang biasa dikenal oleh para jenderal Makedonia. Pegiat militer awalnya skeptis dengan taktik yang terkesan "sembrono" dan "nekat".
Salah satu yang paling berkesan dalam sejarah kampanye Aleksander Agung menghadapi Kekaisaran Persia adalah serangan yang menentukan. Bisa dibilang, serangan ini serupa "terkam ke jantung" lawan. Serangan ini sebenarnya sudah dilakukannya dalam pertempuran di Issos.
Baik di Issos dan Gaugamela, Darius III hadir memimpin dalam pertempuran. Dalam tradisi perang Kekaisaran Persia adalah jika raja diserang, maka otomatis pasukan akan kalah. Oleh karena itu, meski pasukannya berjumlah lebih sedikit, Aleksander Agung bertempur dengan memanfaatkan peluang kecepatan.
Di Issos, saat pasukannya terdesak, Aleksander memilih untuk menerobos pasukan pertahanan Kekaisaran Persia dan menyerang ke lini perlindungan Darius III. Serangan ini membuat Darius III melarikan diri. Konsekuensinya, pasukan Kekaisaran Persia yang berjumlah sekitar 50.000 hingga 60.000 orang juga harus ikut mundur.
Begitu pula di Gaugamela. Saat pertempuran dimulai, Aleksander Agung bersama pasukan yang dikomandonya bergerak ke kanan dengan sudut miring. Pasukan Kekaisaran Persia yang dipimpin Besos, segera bergerak menghadapi pasukan yang dibawa Aleksander Agung dan berupaya mengepungnya.
Namun, pasukan komando Besos ini bergerak semakin jauh ke kiri Persia dari pada posisi Aleksander. Hal ini membuat celah menuju bagian terdalam barisan serdadu Persia. Ahli sejarah percaya bahwa yang dilakukan Aleksander adalah tipuan agar Persia membuka barisan pertahanannya.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR