Beberapa prinsip utama dari kode ini mencakup fakta bahwa kaisar adalah dewa dan mati demi dia adalah suatu kehormatan besar.
Konsep-konsep seperti kehormatan dan rasa malu juga bersinar terang dalam teks semi-religius ini bahwa lebih baik mati dalam pertempuran daripada menyerah dalam rasa malu. Pasukan Jepang membuktikan bahwa mereka bersedia hidup dan mati dengan aturan ini.
Selama pertempuran Kwajalein, 98% bertempur sampai mati. Di Saipan, 97% memilih mati daripada menyerah. Dan di Okinawa, 80% tentara Jepang tewas dalam pertempuran.
Statistik mengerikan seperti itu juga terjadi dalam ritual bunuh diri puluhan ribu warga sipil Jepang.
Mereka memilih untuk menghadapi kematian daripada ditangkap oleh militer Amerika dalam pertempuran ini dan pertempuran di pulau lainnya.
Kode Bushido juga berfungsi dengan baik di udara. Mulai bulan Oktober 1944, setelah serangan kamikaze pertama, ribuan serangan kamikaze dilakukan. Mereka mencapai total 475 serangan terhadap pasukan AS.
Kerugian yang diderita Angkatan Laut AS sangat parah. 45 kapal tenggelam dan ratusan lainnya rusak berat.
Pimpinan Angkatan Laut AS sangat prihatin dengan kerugian di masa depan sehingga mereka bekerja sama dengan kampanye pengeboman strategis untuk memusnahkan lapangan udara kamikaze.
Selama perang, dua ribu serangan pembom dialihkan dari menyerang sasaran militer dan industri lainnya menjadi menyerang langsung lapangan udara tersebut.
Sejarawan AS menduga bahwa jika Jepang mampu memusatkan kekuatan kamikaze yang lebih besar, hal ini mungkin akan menyebabkan Angkatan Laut AS mundur. Atau, mereka bisa saja memaksa kepemimpinan AS untuk mengubah keseluruhan rencana strategis mereka dalam menginvasi Jepang.
Meskipun militer Jepang mengalami kerugian besar dalam hal peralatan, mereka dapat mengalihkan pasokan sumber daya masa perang yang semakin menipis ke sistem persenjataan yang diyakini akan memberikan manfaat paling besar bagi mereka.
AS secara teratur menghancurkan ribuan pesawat dan ratusan kapal. Namun Jepang mampu terus memproduksi bahan-bahan penting masa perang ini karena pada dasarnya membuat penduduknya kelaparan dan harus berjuang sendiri.
Kode Bushido juga memainkan peran besar dalam bagaimana Jepang mampu menanggung banyak korban jiwa dan terus berperang. Karena puluhan tahun mencuci otak warganya, mereka menjadi yakin bahwa mati lebih baik daripada kalah dalam pertempuran.
Oleh karena itu, militernya semakin melakukan tindakan putus asa untuk membendung gelombang kemajuan Amerika.
Hal ini pada akhirnya hanya menghasilkan kerugian yang sangat besar baik secara materi maupun manusia.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR